Musyawarah
Cabang (Musycab) FLP Blitar nanti akan membahas dua hal. Pertama, laporan
kegiatan FLP Blitar pada periode 2015-2017. Kedua, pemilihan ketua baru periode
2017-2019. Agenda dilaksanakan 5 maret 2017 mulai jam 09.00 – selesai. Tempat
acara masih menimang-nimang.
Dalam moment
yang sakral tersebut, maka diharapkan seluruh peserta hadir. Peserta meliputi
pengurus, anggota lama, anggota baru, dan anggota kehormatan. Jumlah pengurus
hanya 7 orang. Jumlah anggota lama 6 orang. Totalnya 13 orang. Sementara jumlah
anggota baru (pramuda) berjumlah 25 orang. Anggota baru itu kemudian akan
disusutkan lagi untuk dikategorikan penulis muda, madya, atau andal.
Jumlah 25,
untuk sebuah komunitas kepenulisan, sebenarnya cukup banyak. Namun jika 25
anggota baru tersebut semuanya memiliki konsistensi yang tinggi untuk belajar
menulis, setidaknya sampai akhir februari ini, jumlah 25 tersebut mungkin tidak
akan berkurang.
Memang
awalnya ada perbedaan pendapat tentang recruitment. Pak Saifudin selaku
ketua menyarankan agar lebih selektif, sementara anggota lain berpedapat agar
dibuat lebih terbuka bagi siapapun. Keduanya ada plus minusnya.
Pertama, Pak
Saif melihat betapa banyaknya anggota baru yang keluar masuk seenaknya, tanpa
konsistensi. Maka ia berpendapat, sebagaimana yang dilakukan oleh FLP Surabaya,
agar lebih selektif lagi. di FLP Surabaya, dari puluhan pendaftar, pada
akhirnya hanya terpilih belasan.
Kedua,
mayoritas pengurus sepakat agar lebih terbuka. Jangan terlalu ketat. Sehingga
memungkinkan siapapun untuk bisa ikut di dalamnya. Hal ini dikarenakan kondisi
di Blitar sendiri yang belum memungkinkan. Berbeda dengan di Surabaya atau
Malang yang memang iklim akademiknya kuat, banyak mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi disana.
Yang kedua
ini memang sedang dijalankan. Kelebihannya, siapapun bisa langsung masuk. Namun
untuk pemberian materi jadi kurang fokus, jumlah yang terlalu banyak, serta
tidak tetapnya materi yang dipelajari.
Namun dari
dua hal tersebut, sebenarnya ada jalan tengahnya. Misalkan dengan sistem
mentoring, dibuat kelas fokus fiksi atau non fiksi. Memang ada yang berpendapat
agar dibuat umum dulu, namun dalam konteks pelatihan ternyata itu tidak
berjalan efektif.
Kalau
misalkan dibuat mentoring, maka tim mentor juga kelak akan di persiapkan.
Sejauh ini hal tersebut sudah direncanakan, modul juga sudah dipersiapkan.
Entah modul internal dari mentor sendiri, atau modul organisasi FLP. Pengurus
baru nanti lah yang akan menentukan konsep mana yang dipilih.
Namun
anggota baru pun bisa turut berpendapat, pendapat bisa disampaikan melalui blog
flpblitar.blogspot.com atau forum pasca musycab nanti.
Selain
pengurus, anggota lama, dan anggota baru. Juga dikenal dengan anggota
kehormatan. Anggota kehormatan ini adalah sosok yang peduli dengan FLP Blitar
meski tidak pernah mendaftar, yang nanti juga akan diundang untuk turut serta
memberikan pandangan terkait kegiatan kepenulisan.
Jelang
Musycab ini, selain panitia menyiapkan hal-hal teknis dan non teknis, pengurus
pun juga akan disibukkan untuk menyusun laporan kegiatan selama periode
2015-2017. Anggota baru diharapkan agar lebih antusias lagi dalam mengikuti
kegiatan kepenulisan setiap minggunya, karena pada acara musycab nanti lah akan
ada pengukuhan anggota baru dalam berbagai kategorinya.
Mungkin
saja, yang usianya lebih muda akan langsung masuk kategori penulis Madya karena
sudah produktif menulis dan dimuat ke berbagai media. Mereka juga harus
memposisikan seperti peserta, namun juga siap menjadi pemateri untuk berbagi
wawasan dan pengalaman menulisnya.
Barangkali,
untuk lokal FLP Blitar nanti akan ada kebijaksanaan tersendiri untuk membuat
kriteria tersebut. Ukurannya memang bukan soal menulis saja, tapi juga
keterampilan dalam mengisi materi kepenulisan/diklat-diklat, pengalaman menjadi
juri, pengajar dalam bidang bahasa, kritikus karya, dlsb.
Karya yang
dimuat pun, di era sekarang ini memang perlu sedikit selektif. Kalau dimuat ke
koran/majalah/tabloid cetak lingkup lokal (kota/kabupaten), regional
(provinsi), dan nasional, tentu akan mendapatkan point tersendiri. Namun jika
dimuat di media online, perlu juga diperhatikan apakah media online tersebut
melakukan kurasi (seleksi), atau semua naskah yang masuk langsung diposting.
Karena ada
pula media online yang melakukan seleksi ketat, misalkan basabasi.co, annida
online, dll yang juga memberikan honor bagi penulisnya. Namun banyak juga media
yang memang menjaring naskah sebanyak-banyaknya untuk mengisi medianya.
Kriteria
lain pula, soal buku yang sudah diterbitkan. Entah novel, kumpulan cerpen, atau
ikut antologi yang tentunya sudah memiliki ISBN. Kriteria khusus lainnya ialah,
mungkin ada anggota yang bekerja di bidang media. Hal tersebut juga patut
diperhitungkan.
Semoga
musycab nanti berjalan lancar. Dalam sebuah organisasi/komunitas kepenulisan,
yang menjadi titik utama adalah, bagaimana iklim menulis itu dikuatkan.
Bagaimana komunitas bisa menjadi sarana untuk belajar, sekaligus memotivasi
untuk terus berkarya. []
Salam Pena,
Ttd Panitia
No comments:
Post a Comment