Faktanya jika Indonesia bertanding sepakbola melawan negara asing, semangat nasionalisme muncul. Kompak membela atlet atas nama Indonesia, dengan melupakan ras, agama, suku, pokoknya Indonesia. Tetapi jika tidak ada pertandingan dengan negara lain sesama orang Indonesia bermusuhan. Apa yang terjadi? Pada masa kerajaan masyarakat belum mengenal istilah nasionalisme.
Pada waktu itu hanya ada rasa cinta dan bangga terhadap kerajaannya. Dan kerajaan yang besar, suka mengintervensi kerajaan tetangga yang lebih kecil, hal tersebut hanya untuk perluasan kekuasaan wilayah, penguasaan sumber ekonomi.
Hingga saat penjajah datang, dan terjadi perang besar yaitu Perang Diponegoro dan Perang Padri.
Bagaimana perang besar tersebut terjadi? Dan bagaimana para pemimpin pada waktu itu mengelola emosi dan semangat rakyat dengan janji surga. Hal tersebut bisa dilihat bahwa agama menjadi basis mengonsolidasi persatuan dan kesatuan rakyat. Akhirnya wilayah Indonesia dikuasai oleh penjajah, para penjajah pun mengalami konflik di internalnya, angara kelompok konvensional dan liberal.
Persaingan itu membuat ideologi humanisme berpengaruh, dan penjajah mendirikan berbagai sekolah untuk mencari tenaga kerani, dari situ muncul istilah Politik Etis. Dan nasionalisme pada waktu itu kesatuan dan persatuan rakyat tanah air yang dijajah ini sama dengan nasionalisme sepakbola, seperti yang saya ungkap di atas. Ada kondisi yang sama yang memaksa kesatuan.
Sekarang posisi kita ada dimana? Apakah dalam hasrat kuasa dengan mengabaikan perbedaan dalam bangsa kita? Sementara tanpa kita sadari kita dikelompokkan oleh teknologi cyber atau kelompok dalam dunia maya. Ada kelompok agama, partai politik, profesi, dan lain sebagainya. Berbagai viral hoax dengan cepat menjadi virus-virus yang membunuh rasa nasionalisme kita, yakni nasionalisme yang cinta kebajikan dan benci keburukan. Kita akan beralasan itu juga cinta dan benci, tetapi faktanya cinta dan benci kepada golongan masing-masing. Mungkin tidak banyak yang saya ungkapkan, hanya hati-hati dan waspada. Karena kita berada diantara dua dunia, dunia on dan dunia off. Kita harus tetap menjadi manusia sejati di dunia off, karena dunia on itu dunia maya.[]
2 comments:
NKRI harga mati! Bang Wisnu.
Hehe iya bu tapi sekarang agaknya luntur sesama orang indonesia saja masih gontok gontakan
Post a Comment