Oleh : Ahmad Radhitya Alam
Ada sebuah cerita persahabatan empat remaja. Empat remaja itu adalah Fella, Vino, Farrah, dan Brian. Saat ini mereka sedang menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 8. Mereka tak satu kelas; Fella dan Vino di kelas A, Farrah kelas G, sedangkan Brian kelas D.
Four Eagle, itulah sebutan untuk mereka. Setiap jam istirahat, mereka selalu berkumpul sekedar untuk bersendagurau atau bercerita kejadian yang mereka alami di dalam kelas. Tidak hanya pada saat istirahat saja, mereka juga kerap pulang bersama, entah naik kendaraan umum ataupun naik motor.
***
Suatu ketika ada anak baru di kelas Brian, yang bernama Gina.
“Hai! Namaku Brian. Namamu siapa?” tanya Brian dengan pipi merahnya.
“Hai juga! Namaku Gina. Boleh aku duduk di sampingmu?” balas Gina sambil berdiri di samping tempat duduk Brian.
“Tentu saja boleh. Kebetulan bangku ini juga kosong,” jawab Brian dengan senang hati.
*** Kriiiiinnnggg…… kriiiinnnggg....
Bel istirahat berbunyi. Sudah bisa ditebak apa yang akan dilakukan Four Eagle. Seperti biasa Fella, Vino, dan Farrah akan berkumpul bersama di kantin.
“Di mana Brian? Aku tidak melihatnya di sini,” tanya Fella keheranan.
“Iya, biasanya anak itu selalu datang duluan dan mencarikan tempat duduk untuk kita,” sahut Farrah.
“Mungkin sedang ada tugas mendadak di kelasnya,” sahut Vino dengan santai.
Tiba-tiba ada anak kelas D yang lewat di depan mereka. “Itu Fanya dan Tina!” seru Fella.
“Lalu apa hubungannya dengan Brian?” tanya Vino.
“Jelas ada Vin, tadi kan kamu bilang mungkin ada tugas mendadak di kelasnya. Itu buktinya teman sekelas Brian banyak yang keluar kelas,” terang Fella.
"Heiii! Fanya dan Tina, kamu tahu tidak kenapa Brian tidak keluar kelas?” tanya Farrah pada mereka.
“Tentu tahu. Tadi pada saat kami mau keluar kelas Brian sedang asyik bercanda bersama Gina,” jawab Fanya.
“Gina? Siapa dia?” jawab Fella, Vino, dan Farrah secara bersamaan.
“Masak kalian tidak tahu? Gina itu anak baru. Dia pindahan dari Medan,” jelas Tina.
Fella, Farrah, dan Vino tetap menunggu Brian sampai akhirnya bel masuk berbunyi.
***
Saat pulang sekolah, mereka bertiga menunggu Brian di depan pintu gerbang. Beberapa saat kemudian, Brian keluar bersama Gina.
“Brian….!" teriak Fella mencoba memanggilnya, namun tak dihiraukan.
“Sepertinya dia telah asyik dengan teman perempuannya yang baru itu daripada dengan kita,” ucap Farrah dengan kecewa.
“Sudahlah, seperti kamu tidak tau anak remaja saja, Far. Mungkin besok dia sudah kembali seperti biasa lagi,” jawab Fella sambil menepuk pundak Farrah.
“Iya Far, benar apa yang dikatakan Fella. Lebih baik sekarang kita pulang saja,” ajak Vino
Dengan perasaan kecewa, pada saat itu Farrah terpaksa pulang hanya bertiga saja. Perasaan takut kehilangan sahabat tercinta mulai menghantuinya.
***
Keesokan harinya, Farrah mencoba menegur Brian yang pada saat itu mereka bertemu di depan kelas D.
"Brian, lebih baik kamu ajak teman barumu itu bergabung bersama kita saja.”
Brian menjawab dengan bahasa yang halus, namun melukai hati Farrah, “Tidak Farrah, belum tepat waktunya untuk mengajak dia bergabung bersama kita.”
Dengan perasaan kecewa, Farrah langsung berlari kembali ke kelas. Dalam hati ia menangis, tidak menyangka sahabat yang selalu menemani dan mendukungnya selama ini tega menduakan persahabatan mereka dengan teman baru.
Saat pulang sekolah, Farrah meminta Fella dan Vino untuk berkumpul di kantin besok saat jam istirahat, tak lupa juga dengan Brian.
***
Sewaktu jam istirahat, akhirnya mereka bisa berkumpul bersama lagi setelah beberapa hari tidak berkumpul.
“Dari mana saja kau Brian, baru kelihatan?” tanya Vino.
“Aku ada tugas mendadak beberapa hari ini,” jawab Brian.
“Kau yakin ada tugas mendadak beberapa hari ini?” sahut Fella.
"Tidak! Aku tidak yakin dia ada tugas mendadak. Bukankah beberapa hari ini kau lebih senang bersama teman barumu itu daripada dengan kita?” ucap Farrah mulai emosi.
“Kenapa kamu berbicara seperti itu Far? Aku tidak pernah berbohong pada kalian!” jawab Brian yakin.
“Apa kamu tidak ingat apa yang kemarin kamu katakan padaku? Dengan senang hati kami bertiga mau mengajak teman barumu itu bergabung bersama kita, tapi apa? Kenyataannya kamu menolak ajakanku itu dengan bahasa yang menyakitiku,” sambil berkaca-kaca Farrah mengucapkan kata-kata itu.
“Benar apa yang dikatakan Farrah tadi? Di sini kami mencoba berbaik hati padamu Brian, tapi apakah ini balasanmu terhadap kami bertiga? Apa kau tidak ingat suka duka yang kita lewati bersama? Ingat Brian! Kamu sendiri yang membuat nama Four Eagle untuk kita, kamu juga yang selalu bilang saat apapun hal yang terjadi pada kita dan setiap saat ada masalah yang menimpa kita, kamu minta kita untuk selalu berpegangan tangan. Apa sebegitu mudahnya kau melepaskan pegangan tanganmu dengan kita bertiga?” ungkap Fella panjang lebar.
“Jika kalian memang sahabat yang baik, tidak mungkin kalian melakukan ini padaku! Seharusnya kalian selalu mendukung apa yang aku lakukan, bukan malah memarahiku seperti ini! Sahabat macam apa kalian ini?” jawab Brian dengan kesal.
“Kamu boleh menyukai seseorang Brian, tapi jangan kamu nomorduakan sahabat-sahabatmu ini! Ingatlah siapa yang selalu mendukungmu, yang selalu membantumu dan selalu ada saat kamu butuh,” tambah Vino.
Dengan kesal Brian meninggalkan tempat itu, sambil berkata, “Sudahlah terserah kalian saja!”
***
Sudah beberapa minggu Brian tidak bersama Four Eagle lagi, dan lebih memilih untuk bersama Gina. Entah ada apa dengan Brian, tiba-tiba ia merasa ada yang kurang pada dirinya. Di saat ia melihat ketiga sahabatnya sedang bersendagurau di kantin, ia mulai merasa rindu akan kehadiran sahabat-sahabatnya itu.
“Andai saja aku sekarang berada di tengah-tengah mereka,” begitulah sekiranya fikir Brian.
“Hai kawan!” sapa Brian dengan senyum manisnya.
Tapi, sahabat-sahabatnya itu tidak memperdulikan sapaan Brian. “Apakah kalian lupa sama aku?” tanya Brian.
“Bukankah kamu yang menginginkan itu semua? Secara tidak langsung kamu ingin kami melupakan dan melepaskanmu bersama sahabat barumu itu kan?” sahut Farrah sambil minum jus.
“Sungguh ku menyesali semua perbuatanku itu sobat. Aku salah, ternyata kalianlah yang benar-benar selalu ada untukku,” jelas Brian.
“Oooo……benar kamu sadar?” tanya Fella dan Vino bersamaan.
“Iya, aku minta maaf karena telah menghiraukan kalian,” ucapan maaf Brian kepada mereka bertiga.
“Baiklah, karena kita sahabat jadi kita harus saling memaafkan dan kembali berpegangan,” jawab Fella.
“Baiklah. Siaapp komandan!" jawab mereka serentak. Mereka terlihat gembira pada saat itu.
***
Sejak itulah persahabatan mereka terlihat begitu lebih kompak dan akrab lagi. Hari-hari selalu mereka lewati dengan kegembiraan. Kesedihan satu orang utuk semua orang, begitu pula dengan kebahagiaan.
“Saling berpegangan dan tak akan pernah lepas, walau berbagai masalah menerjang akan diselesaikan secara bersama-sama. Satu sumber kebahagiaan adalah sumber kebahagiaan untuk kita semua dan sebuah kesedihan haruslah dihapus dengan canda tawa kita bersama,” itulah janji persahabatan mereka.[]
Blitar, 22 Februari 2017
*Dibuat untuk Writing Challenge FLP Blitar dalam rangka menyambut Milad FLP.
1 comment:
Hoohoii serasa di, seret ke lorong waktu 35 tahun yang lalu. Semangat, Watch out with your English honey.
Post a Comment