Selain wawasan,
yang membedakan orang satu dengan lainnya adalah pengalaman. Pengalaman orang
selalu berbeda, meskipun terjadi di tempat yang sama. Semisal dua orang yang
sekolah di tempat yang sama, keduanya pasti memiliki pengalaman yang berbeda,
tergantung dari sudut pandang mana ia membidiknya.
Pengalaman
merupakan hal yang menarik untuk ditulis, dan setidaknya memberikan dua
manfaat. Pertama, orang yang mengalaminya akan merasa lega karena telah
menceritakan pengalamannya lewat tulisan. Kedua, orang yang mendengarnya akan
mendapatkan hal baru, wawasan atau perspektif baru.
Dulu, ketika
seringnya PP Malang-Blitar dengan kereta api, saya sering mendengarkan
pengalaman orang lain. Terutama yang berusia diatas 50 tahun, biasanya senang
bercerita.
Mereka punya cerita
yang saya tidak punya. Jika mereka berkenan bercerita, maka saya akan
mendapatkan wawasan baru. Mereka mungkin juga sedikit lega karena telah
bercerita. Dalam ilmu psikologi, perbincangan yang cair bisa mempengaruhi
suasana bathin dan fikiran, untuk itulah kenapa banyak yang curhat ketika ada
masalah.
Setelah curhat,
tidak otomatis mendapatkan solusi yang bisa memecahkan masalah, namun membuat
fikiran sedikit lebih longgar. Begitu pun dengan menuliskannya, atau dalam
suasana tertentu, bahkan bisa mengolahnya menjadi puisi.
Setiap pengalaman
itu unik, bahkan sekalipun itu pengalaman sederhana. Mungkin selama ini kita
berfikiran bahwa pengalaman yang patut dituliskan hanyalah pengalaman yang
unik, hebat, atau lain dari yang lain. Kalau pengalaman itu biasa-biasa saja,
lantas untuk apa dituliskan?
Sebenarnya tidak
ada hal yang biasa dalam hidup ini, semua penuh perenungan, juga keajaiban,
jika kita mau berfikir agak berbeda.
Ketika kuliah, tiap
kali pulang ke kontrakan, saya selalu melewati penjual gorengan. Apa yang
menarik? Itu hal biasa, bahkan setiap dari kita sering melakukannya, atau
bahkan kita menjadi pelakunya.
Saya pun pernah
beberapa kali membeli gorengan di tempat itu, yang paling laris adalah pisang goreng.
Hampir selalu habis duluan. Sampai suatu ketika saya merenung, kenapa pisang
harus digoreng ya?
Ini mungkin jadi
pertanyaan super konyol, tapi pertanyaan ini bagi saya pribadi sangatlah
serius. Itu karena pisang bisa dinikmati tanpa digoreng, bahkan jika dilihat
dari segi kesehatan, lebih baik dikonsumsi sebagai buah dibandingkan gorengan.
Ternyata jawabannya, digoreng lebih enak dari segi rasa, apalagi jika ditambah
tepung, taburan keju atau coklat.
Pengalaman membeli
pisang goreng yang sangat biasa itu, ternyata memberikan kesan dan perenungan
yang unik.
Pernah juga saya
berkunjung ke tempat hiburan, tujuannya tentu untuk mendapat hiburan alias
liburan. Tapi tiap kali mampir ke pintu loket, atau melihat karyawan tempat
hiburan itu mondar-mandir karena bekerja, lantas saya merenung. Mereka kesini
hampir setiap hari untuk bekerja, sementara kita datang kesini tidak selalu
setahun sekali, tapi untuk mencari hiburan.
Enak mereka ya?
Kerjanya di tempat hiburan, setiap hari terhibur. Fikir saya. Namun ternyata
tidak begitu, bagi mereka tempat hiburan itu ya tempat kerja, jika liburan
mereka memilih tempat lain, karena seringnya berada disana, membuat tempat
hiburan itu tidak lagi menghibur.
Saat menuliskan
pengalaman pergi ke tempat hiburan, mungkin sebagian kita hanya menceritakan
bagaimana masuk kesana, berapa biayanya, apa saja wahananya, kuliernya, dll.
Tapi yang semacam itu jarang dibidik. Pertemuan dengan petugas loket selalu
terlewatkan begitu saja. Padahal itu bisa menjadi pengalaman yang bisa kita
gali.
Nah, coba kita
ingat-ingat lagi pengalaman apa saja yang pernah kita lalui. Mungkin banyak hal
yang sebenarnya menarik, tapi kita lewatkan begitu saja, jarang kita renungi.
Selamat menulis. []
4 Mei 2017
A Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment