Oleh : Sheefa A.
Ada yang berbeda dengan rutinan FLP kali ini, Ahad 14 Mei 2017. Jika biasanya kami mengadakan rutinan di Perpustakaan Bung Karno lantai dua, tapi kali ini kami bertemu di sebuah taman. Taman Sentul yang jaraknya sendiri tidak terlalu jauh dari Perpustakaan Bung Karno. Namanya juga taman, pasti suasananya menyenangkan. Terdapat pohon-pohon, jalan berbatu dan tempat duduk yang diatur sedemikian rupa.
Dari sekian tempat duduk, maka kami memilih salah satu gazebo yang bisa digunakan untuk duduk banyak orang. Sebenarnya gazebo tersebut awalnya sudah ada dua orang yang memakai. Tetapi kemudian mereka berpindah ketika melihat kami yang semakin lama semakin banyak yang datang. (Maafkan kami Bapak dan Ibu yang sudah menyabotase gazebonya, hehehe…).
***
Ada sekitar 11 orang yang hadir pada pertemuan ini. Ada Pak Budi, Irsyad, Mas Andik (yang sebenarnya ikut FLP sudah lama, tapi saya baru melihat), Ryan, Mas Hendra, Mas Fahri, Alfa Anisa, Mbak Yayuk, Mbak Adinda, Rosi, dan saya sendiri.
Setelah menunggu beberapa jenak, kami pun segera memulai agenda siang itu. Acara dibuka oleh Mas Hendra sebagai MC. Rutinan kali ini tidak ada kultum seperti biasanya, karena yang bertugas untuk menyampaikan kultum berhalangan untuk hadir.
***
Maka mulailah materi tentang surealisme yang disampaikan oleh Irsyad dengan sebuah buku ber-cover biru di tangannya. Surealisme sendiri merupakan aliran dalam sastra yang mengedepankan imaginasi bagi penulisnya, tetapi masih berkaitan dengan dunia nyata.
Berbeda dengan fantasi yang murni hanya ada dalam imaginasi penulis. Surealisme punya beberapa cabangnya. Diantaranya yaitu dadaisme, satirisme, sage, fabel, heroisme, lokalisme, dan sebagainya. Surealisme bisa digunakan untuk menulis cerpen maupun puisi.
Salah satu contoh yang dibahas sebagai karya fantasi adalah Harry Potter, sedangkan cerpen Dee, Rico de Coro menjadi contoh karya surealisme. Selain itu Irsyad juga memberikan contoh sebuah cerpen surealisme yang pernah dibacanya. Cerpen tersebut menggunakan pensil warna sebagai tokoh cerita.
***
Setelah materi dirasa cukup, maka kami pun diminta untuk langsung mempraktekkan ilmu yang baru kami dapat. Selama satu jam kami diminta untuk membuat cerpen dengan tema surealisme, berdasarkan apa yang ada di sekitar kita. Maka mulailah kami menulis dibarengi dengan beberapa keluhan, karena kebingungan tentang apa yang harus kami tulis. Ada yang menyarankan untuk menulis tentang lampu yang ada di atap gazebo kami, ada pula tentang pohon, dan lainnya.
Dalam waktu satu jam itu, jujur saja kami tak benar-benar menulis. Kami malah menghabiskan waktu untuk bercanda dan berbicara banyak hal. Hingga akhirnya waktu yang diberikan habis, dan kami diminta untuk membacakan hasil karya masing-masing. Kamipun membacakan cerpen surelaisme ala masing-masing yang sedikit tidak jelas, hasil ketidak-tanggungjawaban kami pada waktu yang diberikan. Hahaha…
***
Pak Budi mengawali membaca cerpen-yang bukan tulisan sendiri. Pak Budi malah membaca cerpen dari buku materi surealisme yang dibawa Irsyad (hahaha..). Lalu dilanjutkan dengan Irsyad membacakan cerpennya. Alfa Anisa memberikan kritik bahwa apa yang ditulis Irsyad masih belum masuk ke wilayah surealisme, tapi masih pada permainan majas, terutama personifikasi.
Selain Irsyad ada Mbak Yayuk yang membuat cerita tentang percakapan antara pohon pisang dan pohon rambutan, saya sendiri dan Rosi entah kenapa bisa sama, kami sama-sama menulis tentang keluarga daun.
Kami bergantian membacakan cerpen masing-masing. Terakhir, ada Mas Fahri yang hanya menulis entah berapa kalimat, dan seperti biasanya selalu tentang cinta. Mas Fahri juga menambahkan pada materi ini dengan mengatakan segala yang tidak realis adalah surealis. Jadi bisa disimpulkan, bahwa surealisme adalah aliran sastra yang menceritakan sesuatu yang tidak masuk akal.
***
Materi surealisme selesai. Kami melanjutkan agenda dengan membicarakan rencana FLP Goes to School yang akan dilakukan pada bulan Ramadhan. Di sela-sela itu, Mbak Yayuk kemudian mengeluarkan dua bungkus keripik pentol dan sebungkus permen yang ada tulisannya di setiap bungkus per bijinya. Maka konsentrasi kami pun terpecah menjadi dua. Satu kubu masih konsentrasi dengan FLP Goes to School, sedangkan kubu yang lain sibuk dengan keripik pentol dan permennya. Alfa Anisa dengan iseng memberi kami permen itu berdasarkan tulisan di belakangnya.
Sedangkan FLP Goes to School sendiri akan dimulai pada tanggal 6 Juni 2017 nanti. Sasarannya adalah sekolah-sekolah, baik SD, SMP atau SMA di Kabupaten/Kota Blitar. Sedangkan pematerinya diputuskan dari anggota FLP yang menjadi mentor dalam kepenulisan selama ini. Mereka akan mengajarkan tentang bagaimana cara menulis baik fiksi maupun nonfiksi kepada para siswa. Setelah itu kami juga membahas sedikit tentang sebuah rumah yang sudah bisa digunakan untuk menjadi sekretariat FLP Blitar. Kami juga membahas tentang buku akhir tahun.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Akhirnya pertemuan itu ditutup oleh Mas Hendra sebagai MC. Selesailah dating kami bersama surealisme . Kami pun pulang dengan bahagia setelah menghabiskan keripik pentol Mbak Yayuk dan mendapatkan permen dengan tulisan yang sesuai dengan keadaan masing-masing. []