Oleh : Nabila Ananda
Ada
beberapa bagian yang menarik dari film ini menurut saya. Pertama ketika sang
tokoh utama, yaitu Polat Alemdar yang merupakan warga Turki, memasuki
perbatasan Israil. Di sana ia diinterogasi oleh tentara Israil dengan
pertanyaan “Ada urusan apa orang Turki memasuki wilayah Israil?”. Kemudian
Polat Alemdar menjawab bahwa ia tidak ke Israil melainkan ke Palestina. Bagi
saya jawaban Polat Alemdar menarik, karena seakan mengatakan bahwa yang ia akan
masuki adalah Negara Palestina bukannya Israil.
Hal
kedua yang menarik yaitu ketika seorang tokoh pemimpin militer Israil yang
mengatakan “Memangnya sejak kapan kita mematuhi PBB?”, ketika diingatkan
temannya bahwa senjata yang digunakan dilarang oleh PBB. Entah banyak yang
tidak tahu atau tidak peduli dengan apa yang dilakukan Israil terhadap
Palestina selama ini. Israil sudah tak terhitung lagi melanggar peratuan PBB,
tapi memang tidak ada satupun yang bergerak, bahkan juga PBB. Film ini secara
tidak langsung mengatakan kenyataan yang selama ini ‘tersembunyi’. Mengkritik
PBB sebagai badan dunia yang harusnya bisa membawa perdamaian pada berbagai
macam konflik, tapi malah loyo di hadapan Israil.
Ketiga
adalah ketika seorang teman Polat Alemdar yang mengatakan bahwa Israil mengakui
Palestina sebagai Negara tetapi tidak memberikan tanah. Hal ini memang sesuai
dengan kenyataan. Jika anda mencoba untuk searching
tentang wilayah Palestina, maka anda akan melihat bagaimana perubahan wilayah
Palestina sejak awal pendudukan Israil yaitu sekitar tahun 1948 sampai hari
ini.
Ketika
melihat film ini, saya iseng membayangkan jika apa yang dilakukan oleh Polat
Alemdar-sebagai one man hero-dengan
berbagai aksinya itu benar ada. Maka hal itu menjadi mustahil adanya. Selama
ini sudah banyak sekali Negara yang tidak setuju dengan pendudukan Israil di
Palestina, salah satunya Indonesia. Berbagai macam cara dilakukan oleh berbagai
Negara tersebut untuk membebaskan Palestina, mulai dari diplomatik, politik
juga militer, tetapi hasilnya masih nihil. Apalagi jika hanya Polat Alemdar
yang beraksi. Mungkin ia sudah mati terlebih dahulu oleh peluru Mossad yang
juga merupakan badan intelijen terbaik di dunia. Belum lagi media Israil yang memang
besar dan ada dimana-mana. Pasti media-media tersebut akan membuat framing bahwa Polat Alemdar dan
Turki-sebagai Negara yang mengirim-adalah teroris. Puncaknya adalah hubungan
Negara Turki dan Israil menjadi meruncing. Meskipun hari ini hubungan kedua
Negara tersebut memang tidak baik. Film memang hanyalah sebuah film yang
mempunyai fungsi utama sebagai hiburan.
Tapi
meski begitu, saya secara pribadi berterimakasih dengan film ini. Menyuarakan
yang tak bersuara, saya pikir bukanlah hal yang berlebihan untuk disematkan
pada film yang satu ini. Satu saja saran saya untuk anda yang akan menyaksikan
film Valley Of The Wolves: Palestina, jangan membandingkannya dengan film action dari Hollywood. Tentu saja film
ini masih kalah jauh secara teknologi serta dari segi jalan cerita juga masih
kalah menarik dari film Hollywood.
No comments:
Post a Comment