SAHUR
sepagi ini, irama dangdut dan bunyi ketongan
bersahut-sahutan, memecah keheningan
gigil mondar-mandir membangunkan
tubuh terlanjur dikubur
kerumun lelap, terkumpul dalam gelap
dimanjakan hangat, angin kecil berulangkali tersesat
mencari kantuk yang masih lebat
pukul 03.00, langkah kaki tergesa-gesa
angin bersenandung bijaksana
membangunkan orang-orang yang terlupa
dengan tumpukan alasan sederhana
gerimis tipis mendadak turun ritmis
menandai bahwa nawaitu harus utuh, puasa tak boleh separuh
meski kantuk berulangkali menyentuh
Blitar, Juni 2017
Sahur dan Dini Hari yang Bertingkah Jujur
langit masih berternak kerlip bintang
malam bergerak melambat
dingin jatuh khidmat
pada sepasang kaki
yang disingkap gigil malam
aku mendengar percakapan
berpasang-pasang orang sibuk berjalan
embusan angin mengetuk jendela
mengintip di lubang kecil
yang terbuka sedikit
kantuk masih menempel di mata
tiba-tiba ibu mengetuk lambat pintu kamar
"dini hari selalu bertingkah jujur
bergegaslah sahur."
aku berpura-pura menyalakan mata
gelap memeluk semakin dekap
mengumpulkan ruh-ruh yang masih berkumpul tergagap
Blitar, Juni 2017
No comments:
Post a Comment