Oleh : Adinda RD Kinasih
Pertama kali saya mengenal Dewi Lestari lewat RSD, sebuah grup vokal yang booming sekitar tahun 90-an. RSD adalah gabungan nama ketiga personilnya, yakni Rida, Sita, Dewi.
Kemudian, saya menemukan Dewi Lestari dalam “sosok lain” lewat film Perahu Kertas yang dirilis pada 2012. Mengapa saya sebut “sosok lain”? Ya, karena film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu diadaptasi dari novel berjudul sama, karyanya. Wah, Dewi Lestari menjadi penulis sekarang? Begitu pikir saya. Perahu Kertas pun masuk menjadi salah satu film favorit saya sejak saat itu, meski belum pernah membaca novelnya.
***
Tahun 2015 adalah saat saya bergabung kembali di FLP Blitar, setelah hanya mengikuti launching-nya pada 2008 lalu. Saat itu pula saya mengenal wanita yang lebih akrab dengan sapaan Dee Lestari itu lebih jauh.
Adalah sahabat saya sejak SMA yang menjadi perantaranya. Awalnya, dia hanya sering bercerita tentang karya Dee yang bertajuk Supernova. Saat itu, Supernova sendiri sudah terbit hingga seri kelima yang bertajuk Gelombang.
Awalnya saya hanya manggut-manggut, antara takjub dan belum sepenuhnya memahami. Hingga kemudian ia meminjami saya Supernova seri pertama yang bertajuk Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, yang ternyata sudah terbit sejak 2001 silam.
***
Sejak saat itu, saya ketagihan Supernova. Selalu ada ingin untuk segera menyelesaikan satu serial, dan berlanjut ke seri berikutnya. Setiap tokoh dalam serial Supernova punya permasalahan dan keistimewaan sendiri-sendiri, yang benar-benar mengejutkan. Gaya bercerita Dee pun mengagumkan saya.
Tahun 2016, saya membeli Supernova seri keempat, yakni Partikel dan seri terakhirnya, Inteligensi Embun Pagi, demi menuntaskan rasa penasaran. Saya sengaja tak membeli seri lainnya, karena bisa tinggal pinjam saja pada sahabat saya itu, hehehe.
Dari keenam serial Supernova, yang menjadi favorit saya adalah Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh dan Partikel. Ragam konflik yang dialami Dimas dan Reuben, Ferre, Rana, Diva, dan Gio membuat saya enggan berhenti menelisiknya. Seri pertama Supernova yang bersampul ungu ini sudah saya baca setidaknya tiga kali.
Begitu pula dengan Partikel, yang mengangkat perjuangan Zarah Amala mengungkap misteri hilangnya sang ayah, hingga terkuaknya beragam rahasia yang mengejutkan.
***
Hingga, hadirnya Kepingan Supernova, yang berisi kumpulan kutipan indah dari keenam serial itu tahun ini bisa sedikit memupus rindu akan Supernova, juga gaya bahasa Dee yang selalu asyik dibaca.[]
“Ketika Anda menemukan ide, sesungguhnya ide tersebut yang menemukan Anda. Ketika Anda berpikir Anda punya ide, sesungguhnya ide itulah yang memiliki Anda.”
—Kepingan Supernova, bab Petir, halaman 75
13 Juni 2017
No comments:
Post a Comment