Oleh : Fitriara
Ini adalah ringkasan yang saya olah pada Diskusi Pregnancy Class beberapa waktu silam yang digawangi oleh Ibu dari Mayesa Hafsah Kirana; Retno Hening Palupi. Beliau adalah sosok ibu idaman semua umat.
Bisa dilihat dari postingan-postingan beliau di Instagram @retnohening, bagaimana wanita yang biasa dipanggil ‘Iboook’ ini begitu menginspirasi banyak follower karena keberhasilannya mendidik buah hati hingga sudi melahirkan karya Happy Little Soul yang diserbu jutaan orang yang lapar ilmu di seluruh penjuru.
Peran wanita sebagai madrasah pertama di zaman digital ini semakin menguras tenaga jika tidak dibekali ilmu dan persiapan lahiriyah yang cukup, mengingat kebersamaannya yang lebih lama dengan anak-anak. Beruntung telah banyak wadah bagi kita untuk belajar parenting di zaman sekarang melalui seminar, buku yang ditulis oleh pakarnya dengan bahasa yang asyik, dan rekaman kajian yang bisa dengan mudah kita download dari internet.
Seperti yang kita ketahui, masa persiapan mendidik dimulai sejak pemilihan jodoh, sedangkan masa aktif mendidik adalah sejak istri diketahui sudah positif mengandung. Iboook adalah seorang wanita biasa pada zamannya. Saat dinyatakan positif mengandung atau trimester pertama, persiapan diri mengatasi mabuk atau morning sickness yang membuat kita tidak bisa beraktifitas normal, bisa dengan mempersiapkan makanan yang tahan untuk disimpan di freezer, misal bakso, nugget, ungkepan ayam, atau rendang.
Masa-masa ini juga merupakan hal yang lumrah ketika ibu hamil meminta beragam makanan yang ujung-ujungnya pun tidak tersentuh karena kurang nafsu makan. Iboook sempat ngidam empek-empek Palembang, namun begitu yang didamba ada di depan mata, beliau hanya makan satu dua suap. Bikin gemas memang. Mengingat pengorbanan mencari empek-empek yang harus asli dari Palembang sungguh membuat sesak dada sebab beliau berdomisili di Duri-Riau. Suami yang saat itu ditugaskan ke luar negeri, membuat Iboook mau tak mau menikmati fase ini bersama keluarga.
Saya sepakat dengan Iboook bahwa ngidam yang tidak dituruti tidak akan membuat bayi “ngeces”. Percayalah bahwa itu hanyalah mitos belaka. Jika tidak dituruti pun sebenarnya tidak apa-apa. Bagian terpenting justru mentaati suami, jika suami tidak membolehkan maka kita tidak boleh lakukan. Begitu sebaliknya.
Pendidikan pralahir yang dilakukan Iboook saat itu bukanlah membacakan buku cerita atau dongeng melainkan dengan ayat-ayat suci Alquran dan artinya. Beliau bertekad ingin mengkhatamkan Alquran selama hamil. “Bayi yang mendapat stimulus sebelum lahir akan lebih cerdas dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat stimulus saat dalam kandungan.” (Dr. Craig Ramey, Cara Baru Mendidik Anak Dalam Kandungan).
Ibook dengan sabar memberikan stimulus “pukpuk” tiga kali, lalu mengajaknya berbicara; meminta maaf jika sedang stress, bercerita tentang aktivitas yang baru saja dilakukan dan memperkenalkan suara sang ayah lewat telepon (melalui kertas yang digulung dan ditempelkan ke perut). Apakah menjadi berbeda jika sang ibu yang membacakan Alquran dengan orang lain atau Alquran yang disetel melalui speaker? Ya, tentu akan lebih baik jika sang ibulah yang membacakan ayat suci Alquran agar bayi pun mengenal suara sang ibu.
Pada trimester kedua, selain mengkonsumsi sayur yang biasa dimasak di rumah dan tambahan vitamin, Iboook juga mengincar salmon DHA untuk kecerdasan buah hati. Iboook pun tak pernah alpa berdoa dengan doa Nabi Zakaria, Al-imran:38, dan memohon keturunan yang shalih/shalihah.
Kirana dibesarkan di Muscat, Oman. Tempat ayahnya dipindahtugaskan. Ia tumbuh menjadi anak yang ceria dan sesuai dengan apa yang diharapkan Iboook. Sungguh Allah Maha Pengabul Doa.
Pola asuh Iboook pun sangat menarik ketika pasca melahirkan. Beliau selalu mengajarkan arti kesabaran kepada Kirana. Jika sedang lelah dan emosi, beliau akan diam sambil beristighfar. Jika dalam kondisi sangat marah dengan Kirana, beliau akan menjauh sebentar dari Kirana, berwudhu, dan memberikan sugesti kepada diri sendiri seperti “Sabar.. sabar. Berikan kesabaran padaku ya Allah.” Lalu mengingatkan Kirana pelan-pelan. Iboook percaya dengan memberikan contoh sikap sabar di depan anak, secara tidak langsung anak akan menirunya.
Iboook telah menumbuhkan rasa empati sejak kecil kepada Kirana dengan mengajaknya berbicara. Misalnya “Kirana, kasihan om-om itu yang kerja di luar, kepanasan” atau dengan memberikan foto anak-anak yang tidak memiliki rumah. Lalu melakukan hal sederhana seperti berbagi makanan kepada burung atau menyimpan makanan di mobil untuk diberikan kepada kucing yang ditemui di jalan.
Jika Kirana rewel meminta sesuatu yang tidak dapat beliau penuhi, beliau dengan sabar memberikan penjelasan bahwa sesuatu itu memang tidak dapat dipenuhi dan menggantinya dengan hal lain yang lebih menarik tetapi tetap sederhana dan dapat mengalihkan perhatiannya dari permintaan pertama. Misalnya, Kirana sangat ingin memasuki toko mainan, sedangkan Iboook tidak dapat memenuhinya. Maka yang dilakukan Iboook adalah mengajak Kirana loncat-loncat pada jejak kaki yang ada di sebuah mall. Trik ini pun berhasil.
‘Me time’ ketika menjadi seorang ibu dan ketika masih single sungguh jelas berbeda. Me time bagi Iboook adalah hal-hal yang tidak harus dilakukan dengan sendiri, hal sederhana yang membuat beliau bisa istirahat sebentar pun tergolong Me time. Misal saja ketika suami telah pulang kerja dan bermain bersama Kirana, Iboook hanya akan di rumah untuk menonton TV dan chatting dengan teman. Bahkan mandi lebih lama adalah hal langka yang bisa didapatkan jika telah menjadi seorang ibu.
Dalam mendidik anak, usahakan untuk menggunakan kalimat-kalimat positif. Kurangilah penggunaan kata ‘jangan’. Ubahlah kalimat “Jangan lari” menjadi “Jalan saja, nak”.
Sungguh ironis ketika sudah menjadi tradisi orang Jawa yang lebih suka menggunakan kalimat-kalimat tidak positif saat mengasuh anak. Misal: Jangan manjat pohon rambutan nanti jatuh, jangan mainan di jalan nanti kesrempet motor, dan jangan-jangan yang lain. Kita lupa bahwa setiap perkataan adalah doa.
Wahai ibu-ibu dan calon ibu, masih ingat dengan kisah Imam besar Masjidil Haram? Beliau mampu menjadi luar biasa hebat berkat pola asuh sang ibu, berkat perkataan baik sang ibu meski tak hanya sekali membuat jengkel hati.
Sejak usia 6 bulan, Kirana telah diperkenalkan dengan buku yang saat itu hanya diremas dan dibuat mainan saja. Tetapi Iboook tetap dengan sabar menjelaskan gambar apa yang ada di buku tersebut. Sehingga wajar jika Kirana tumbuh menjadi anak yang cerdas dan disukai banyak orang sebab tingkah dan ucapan lucunya yang menambah khazanah kekayaan bahasa kita.
Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, Iboook sering mengingatkan Kirana untuk membereskan mainan sejak Kirana belum bisa berbicara. Hal ini tentu tidak mudah dan harus terus menerus dilakukan agar menjadi kebiasaan.
Dalam sesi akhir diskusi, Iboook memberikan kesimpulan bahwa dalam mengasuh anak cobalah untuk menjalin komunikasi dan respon yang positif, lakukan permainan-permainan yang dapat menstimulasi kecerdasan (linguistik, motorik, kognitif), tidak memaksa anak untuk melakukan apa yang tidak mereka senangi, dan memanfaatkan waktu dengan baik saat bertemu sebab belum tentu juga semua ibu rumah tangga yang 24 jam bersama anaknya memang benar-benar ‘bersama’ sang anak.
Sudah siap menjadi ibu penuh waktu? Selamat memantaskan dan mempersiapkan bekal diri menuju generasi madani. Semoga ilmu pra-nikah yang didapat dapat diaplikasikan di kehidupan rumah tangga kita nanti.[]
Blitar, 8 Juni 2017
No comments:
Post a Comment