Setelah tahun lalu menerbitkan kumpulan cerpen berjudul “Jejak-jejak kota kecil”, tahun ini FLP Blitar berencana menerbitkan kumpulan puisi. Ini merupakan proyek bersama yang bersifat tahunan, Puisi dipilih karena banyaknya anggota yang tertarik dengan puisi.
(Gambar : suasana diskusi di Perpus Bung Karno)
Tema besar yang diambil tak jauh berbeda dengan kumpulan cerpen yang lalu. Namun kali ini sub temanya diperluas, sehingga puisi yang disajikan bisa mengambil sudut pandang yang beragam.
“Tema besarnya tetap tentang Blitar, namun sub tema yang diambil bisa dari sejarahnya, budaya, lokalitas, wisata, eksotisme perkotaan, kenangan, dan lain sebagainya,” ujar Alfa Anisa, koordinator antologi puisi ini.
Antologi kali ini dibuat lebih konseptual, selain puisi juga akan disertai ilustrasi. Meski persiapannya terbilang mepet. Naskah diupayakan terkumpul paling lambat awal september. Dilanjutkan ke proses editing, diskusi cover dan layout selesai awal Oktober baru kemudian diskusi tentang pembiayaan sekaligus distribusinya sampai akhir oktober. Awal November diupayakan naskah masuk, proses percetakan secara normal tidak sampai 2 minggu.
“Sehingga awal desember insyallah sudah siap launching, dengan antisipasi keterlambatan dua minggu,” jelas Fahrizal, koordinator penerbitan.
Jika sebelumnya konsep launching sekaligus bedah buku dan Rekruitmen anggota, kali ini akan dirubah dengan apresiasi puisi, seperti pembacaan dan musikalisasi puisi. Konsepnya tak jauh berbeda seperti perayaan Hari puisi akhir Juli yang lalu, dimana banyak juga pegiat FLP Blitar yang ikut serta, baik dalam mempersiapkan maupun pengisi acara.
Buku ini merupakan buku kedua setelah antologi cerpen, dan merupakan program yang diikhtiarkan setiap tahunnya sejak tahun 2016 lalu, bahwa setidaknya ada satu buku bersama yang diterbitkan. [red]
