Forum Lingkar
Pena Blitar telah menerbitkan buku keduanya, yaitu kumpulan puisi berjudul
“Mengakrabi Sunyi”. Masih sama dengan buku sebelumnya—kumpulan cerpen Jejak
jejak Kota Kecil—buku ini memiliki tema besar seputar Blitar, baik dari sudut
sejarah, lokalitas, budaya, tempat, dan lain sebagainya.
Ada 19 penulis
yang terlibat dalam penerbitan buku ini. Ada 91 puisi yang disajikan, dengan
tebal isi 167 halaman. Buku ini dicetak dan diterbitkan bekerjasama dengan
Telaga Aksara Yogyakarta. 19 penulis yang terlibat tersebut adalah
Alfa AnisaAhmad Radhitya AlamJon BlitarYayuk AmirotinAhmad Fahrizal AzizHendra BurhanudinAhmad SaifudinAdinda R,D KinasihRosy Nursita AnggrainiAna FitrianiAna SalamahNayrnidaIrsyad LainFarida FajriyahTitiek Merry MoeBudiyonoRizkha N. LathifahImroatus SaadahArif Budairi
Prolog dalam
buku ini ditulis oleh Sastrawan senior, Tengsoe Tjahjono. Serta diendors oleh
beberapa penyair antara lain Aming Aminoedin, Puput Amiranti, W Haryanto dan
beberapa endorser lain yaitu Indah Iriani, Ketua Blitar Heritage Society.
Hasnan Bachtiar, aktivis JIMM dan Mahasiswa S2 Australia National University.
Pujia Ahmad, Novelis. Rafif Amir, Ketua FLP Jatim. Ryan Akbara, pegiat seni dan
teater. Yanu Aribowo, wartawan Radar Blitar dan Khabib M. Ajiwidodo, Pimred
Srengenge Online.
Inilah Endors
dari mereka untuk buku antologi puisi “Mengakrabi Sunyi”
_________________________________________________________
Buku yang sangat menarik dan mengaduk perasaan. Ungkapan jiwa dengan diksi yang indah dan bermakna sangat dalam, tentang tanah kelahiran, Blitar, sebuah kota sejarah sekaligus Bumi Bung Karno, yang juga menjadi saksi perjuangan tentara PETA di bawah tangan kekar Supriyadi. Barisan kata yang bercerita tentang kecintaan dan kerinduan akan kampung halaman dan semua kenangan di setiap sudutnya yang tidak terlupakan.(Pujia achmad, penulis novel Takbir Rindu di Istanbul dan Novel Senandung Cinta di Lembah Papua, PNS di BKD Kota Blitar)
__________________________________________________________
Buku ini menyuguhkan Blitar dengan cara lain. Kita akan diajak menjelajah setiap sudut kota, setiap kepingan sejarah dengan langkah-langkah ritmis nan indah.(Rafif Amir, Ketua FLP Jawa timur 2015-2017, Penulis buku sejarah dan kisah)
___________________________________________________________
Seperti ice cream yang mempunyai banyak varian rasa, antologi puisi FLP Blitar ini juga mempunyai banyak rasa. Bacalah, jelajahi aneka rasanya dari lembar ke lembar halaman(Khabib M. Ajiwidodo, Pimpinan Redaksi Srengenge Online)
____________________________________________________________
Membaca puisi dari teman-teman FLP Blitar membuat saya kembali mengingat kota yang asri nan sejuk, masyarakat yang ramah. Saya menemukan jiwa-jiwa generasi muda yang tetap bangga dengan kesahajaan & kearifan lokal. Buku ini layak untuk dibaca semua generasi muda.(Ryan Akbarak- penikmat puisi, pegiat seni dan literasi, Malang)
______________________________________________________________
Tulisan indah yang memberikan gambaran karakter penulisnya. Kehalusan budi Putra Blitar tercermin dalam untaian kata yang penuh makna. Kekaguman akan alam semesta mewujudkan tanda kebesaran kekuasaan yang agung. Rasa rinasa yang tinggi terhadap sesama. Ungkapan putra Blitar sejati. Buku yang menginspirasi bagi mereka yang haus menuangkan kerinduan. Semoga kehadiran buku ini membawa warna baru di dunia literasi.(Indah Iriani. S.Pd.M.Pd-Ahli sejarah Blitar. Pengawas Mapel IPS dan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Kab. Blitar.)
_______________________________________________________________
Mengangkat unsur lokalitas menjadi salah satu daya tarik dalam antologi puisi ini. Berasal dari wilayah Blitar Raya, para penulis ingin mengenalkan sebuah kota dan kabupaten kecil bernama Blitar, kepada mereka yang membaca dan menghayati. Banyak penggalan kata yang menyebutkan nama-nama yang menjadi ciri khas Blitar Raya.Buktikan saja, rangkaian kata demi kata itu sering kali memunculkan nama-nama yang akrab di telinga orang Blitar, tapi sebagian belum tentu akrab di telinga masyarakat luar. Seperti, Candi Penataran, 'Titanic' di Sungai Brantas, Candi Pertapaan Gunung Pegat, Pantai Peh Pulo yang menjadi Raja Ampat-nya di Blitar selatan, jalur khusus sepeda di Jalan Supriyadi, polusi yang tidak tinggi di Blitar, teduhnya Alun-alun Kota Blitar, perempatan Kawi, Graha Patria, Masjid Togogan, Stadion Soepriadi, makam Sang Proklamator, hingga warung pecel Mbok Bari.Dalam balutan puisi, para penulis ingin mengenalkan 'isinya' Blitar Raya, tidak hanya ada Makam Bung Karno dan Candi Penataran, yang menjadi candi terbesar di Jawa Timur kepada masyarakat luas. Namun, juga ada hal-hal menarik yang mungkin hanya dianggap sesuatu yang biasa, menjadi luar biasa. Misalkan, Pantai Peh Pulo yang ada di Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo, yang awalnya belum banyak orang tahu, membuat pembaca menjadi semakin penasaran untuk ikut merasakan indahnya wisata alam ini.(Yanu Aribowo - Wartawan Radar Blitar)
________________________________________________________________
Teks-teks puisi yang terkumpul dalam antologi ini merupakan ekspresi jujur para warga kota tentang kotanya. Puisi ditulis dengan gaya sederhana, lugas, namun memiliki kekuatan isi dan pesan yang luar biasa. Tampaknya bagi mereka: puisi tidak harus rumit.(Tengsoe Tjahjono)
_________________________________________________________________
Blitar seperti tidak memperlihatkan gempitanya dibanding kota-kota besar seperti Malang atau Surabaya, penghasil penulis-penulis fenomenal. Blitar memiliki sejumlah perhitungan dalam potensi jarak ruang dan waktu untuk mampu diledakkan. Tempat-tempat bersejarah, petilasan, arca, candi kuno, upacara adat, tari tradisi, tembang macapat hingga konser dangdut masa kini, pun mindset tongkrongan kafe-kafe, adalah dua sisi Blitar yang konsisten membangun ingatan asal usulnya hingga berpadu dengan yang melebihi dari apa yang sekedar dikatakan dari tuntunan atau pikiran penyesuaian zaman. Blitar telah mengijinkan anak-anak mudanya untuk "merantau" dan berpulang lagi dalam jarak dan kenang yang teramat dalam, kesan yang luar biasa dari sekedar sebatas perjalanan menjauh dari sudut kota kecil, tapi bagaimana Blitar mampu membuat mereka "kembali" dan berkumpul dalam membangun kekuatan; sebuah memori dan kesan khusus tentang identitas kritis dan renungan futuristik di kala mendatang, pada jalan ruang kreatif masing-masing.Antologi FLP dari Blitar ini mampu menyingkap tentang semua itu dan bagaimana kekuatan para penulisnya, mampu menjadi teropong. Bagaimanapun pula, Blitar di mata para penulis FLP Blitar, tak cukup dikenang sebagai kota kecil yang jauh, tapi banyak hal-hal sederhana namun membawa esensi yang kuat bagi para pelaku pemikirnya, para penulis yang mengecap lebih dari sekedar pengalaman batin.(Puput Amiranti, penulis, penggiat sastra dan seni dari Sanggar Lagung Blitar, staff pengajar SMKN 1 Nglegok)
_________________________________________________________
"Antologi puisi Forum Lingkar Pena ini hadir di tengah langkanya pembacaan jejak penyair-penyair muda Blitar. Keberanian mengolah tema-tema lokal dan peristiwa-peristiwa kecil di Blitar, jadi sebuah tanggung moral penulis-penulis mudanya sebagai penyaksi sejarah. Sekiranya antologi ini, bisa jadi istana kecil yang kelak melompat ke ruang yang lebih jauh lagi, sebagai kehadiran dan pergulatan budaya yang kelak pantas dicatat."(W.Haryanto, penyair dan dramawan Blitar)
_____________________________________________________________
Antologi Puisi FLP Blitar ini merupakan karya yang kaya, penuh ragam ekspresi dan merupakan langkah yang sangat baik untuk membangkitkan gairah kesusastraan Indonesia. Di tangan ampuh teman-teman muda FLP, Blitar telah menjadi sumber imaji dari pelbagai penghayatan hidup. Karya ini layak untuk diapresiasi, dinikmati dan dirayakan bersama. Selamat!(Hasnan Bachtiar, Mahasiswa S2 Australia National University (ANU)
______________________________________________________________
Membaca puisi-puisi yang termuat pada Antologi Puisi FLP Blitar 2017, serasa pembacanya diajak berdialog tentang sejarah kota Blitar. Setidaknya beberapa puisi bercerita dengan setting kota Blitar. Menulis puisi memang diperlukan simbol, majas, dan metafora yang bagus, dan sekaligus bagaimana menulis puisi dengan “sedikit kata, tapi punya banyak makna.” Bicara soal kota Blitar tidak harus menyebut nama Blitar secara jelas, tapi gunakan dengan simbol lain, seperti Candi Penataran, Bumi Bung Karno, Gunung Kelud, Kampung Coklat, Patung Pecut, atau apa saja yang jadi ikon kota Blitar. Sehingga puisi tersebut jadi abu-abu, tidak jelas, namun jelas pesan makna disampaikan. Bicara soal kota Blitar.Beberapa puisi yang termuat, kebanyakan masih boros kata, dan bahkan banyak menggunakan kata sambung ‘yang’ serta ‘awalan’dan ‘akhiran.’ Padahal jika saja kata sambung yang itu dibuang masih bisa berdiri sebagai puisi. Begitu awalan dan akhiran-nya.Barangkali perlu pula antologi puisi punya judul buku, sehingga mengingatkan bagi pembacanya. Misalnya, judul buku bisa diambilkan dari salah judul puisi yang yang termuat. Usahakan dengan judulnya cukup puitis, Semisal “Pohon Tua Tengah Kota” atau yang menyarankan tentang kota Blitar “Sepotong Duka di Bumi Bung Karno” atau pilihan lain yang kawan-kawan suka. Terserah!Tapi upaya kegiatan membukukan puisi-puisi dari kawan-kawan FLP Blitar ini, memang harus diapresiasi. Sebuah langkah literasi yang kini sedang jadi primadona, dan lagi gencar dilakukan di semua lini. Menulislah terus dengan nurani hati, berdasar pengalaman pribadi, sehingga memuat berjuta rasa, dan puisimu jadi berjiwa, serta bermakna. Selamat atas terbitnya antologi Blitar! Salam literasi!(Aming Aminoedhin, penyair)
_______________________________________________________________
Buku ini
dicetak terbatas dan tidak dijual di toko buku, jadi yang ingin memesan
silahkan menghubungi nomor berikut atau COD dengan agen buku terdekat.
Anda juga bisa mendapatkan buku dari agen terdekat di setiap Kecamatan
Kota 082139512591 (Dinda)
Kademangan/Unisba 085785588099 (Arif)
Ponggok 081216666818 (Jon)
Kesamben 085646825672 (Yayuk)
Srengat 085735909567 (Hendra)
Wlingi 085784144633 (Rizkha)
Wlingi/STKIP 081554299159 (Ana Fit)
Kanigoro 082334724195 (Rosy)
No comments:
Post a Comment