Buku antologi puisi “mengakrabi sunyi”, yang memuat 91 puisi karya 19 orang di dalamnya, menjadi sebuah karya yang unik, sebab sebagian besar penulisnya adalah pemula, dan barangkali lebih suka disebut penikmat.
Hanya beberapa saja yang memang menekuni dunia puisi, dalam artian, rajin menulis dan mengirimkannya ke berbagai media. Lantas apakah kemudian “kadar sastra” dalam buku ini menjadi rendah karena ditulis oleh pemula dan apalagi penikmat? Justru bisa sebaliknya.
Setiap kita mempelajari puisi sejak di bangku sekolah. Puisi adalah bagian dari keseharian para pelajar. Berpuisi pun adalah hak bagi semua orang, terlepas apakah kemudian dipublikasikan atau tidak. Ketika puisi masuk meja editor koran atau majalah, memang akan ada seleksi, akan ada kriteria layak atau tidaknya dimuat.
Namun puisi sebagai sebuah ekspresi rasa, adalah hak bagi siapapun. Forum Lingkar Pena Blitar pada mulanya memang terbuka bagi siapapun untuk berproses, maka dari itu banyak pemula. Karya-karya pemula tersebut setidaknya harus mendapatkan ruang. Sejauh ini apresiasi sederhana adalah dengan dimuat di website flpblitar.com, sebelum kemudian “beradu” dengan karya lain di meja redaksi yang lebih besar.
loading...
Tidak hanya puisi, namun juga cerpen dan esai, yang berupaya diapresiasi sebaik mungkin. Sebab sebuah ide patut diberi kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan pada akhirnya mungkin bisa dinikmati menjadi sebuah karya, khususnya dalam bentuk tulisan.
Buku “mengkrabi sunyi” ini adalah salah satu cara mengapresiasi para pemula dan penikmat di dalamnya. Meski begitu, tim editor berupaya menyunting sebaik mungkin, agar bahasanya bisa lebih tertata. Artinya, sekalipun ini karya pemula dan penikmat, namun sudah melalui proses pengolahan sedemikian rupa, sehingga layak untuk diterbitkan menjadi buku.
Yang terpenting, bukan berkelas atau tidaknya karya di dalam buku ini, melainkan bagaimana kita menghargai sebuah proses, dedikasi, dan ketekunan untuk mencipta sebuah karya. Buku ini tidak lain adalah bentuk apresiasi tersebut, setelah tahun sebelumnya menerbitkan kumpulan cerpen.
Selain itu, bagaimana sastra bisa masuk ke wilayah yang lebih luas. Meski tidak semua kemudian memiliki keinginan untuk membuat karya sastra, namun setidaknya bagaimana sastra bisa dinikmati dan diapresiasi banyak orang, apapun latar belakangnya.
Barangkali juga, melalui karya ini, muncul banyak pemula yang dikemudian hari akan bergiat di bidang sastra. Muncul banyak penikmat-penikmat baru, sebab mengetahui bahwa ternyata sastra itu cair, dan bisa ditulis atau dinikmati oleh siapapun. Tidak hanya mereka yang bergelut dalam bidang sastra.
Blitar, 4 Desember 2017
A Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com
No comments:
Post a Comment