Judul : Albuk #1 - Konspirasi Alam Semesta
Penulis : Fiersa Besari
Tebal Buku : 235 halaman
Tahun Terbit: 2017
Penerbit : mediakita Jakarta
"Bagaimana aku bisa pergi, sementara tempat yang paling tepat untukku adalah di sampingmu?"
-Juang Astrajingga
Pada kios Gramedia mungil di sudut Perpustakaan Bung Karno-lah saya temukan buku ini. Entahlah, saya mulai jatuh kagum dengan penulisnya--Fiersa Besari, sejak menyelami Garis Waktu lebih dalam. Dan selanjutnya, menonton video jurnal perjalanannya ke beberapa tempat di Indonesia.
Begitulah. Rupanya Bung Fiersa adalah petualang, penulis, sekaligus musisi.
Tadinya, saya pikir buku ini senada dengan Garis Waktu; berisi kumpulan kutipan tentang cinta dan kehidupan. Tapi rupanya saya salah.
Buku bersampul coklat muda ini adalah sebuah novel. Novel karya Fiersa Besari? Baiklah, kali ini saya penasaran.
***
Konspirasi Alam Semesta mengajak saya bertemu seorang Juang Astrajingga, mahasiswa Teknik Informatika yang jatuh cinta dengan dunia Sastra. Tak hanya itu, Juang adalah pecinta alam yang teguh menjalani pilihan hidupnya sendiri. Meski ia harus bersitegang dengan sang Ayah, dan membuatnya memilih meninggalkan rumah.
Hingga, waktu mempertemukannya pada sosok Ana Tidae, gadis yang langsung menambat hatinya sejak kali pertama. Tugas wawancara Juang membawa mereka lebih dekat kemudian, karena ternyata narasumbernya adalah Ana sendiri.
***
Ana, yang awalnya ingin tetap setia pada kekasihnya yang telah berkhianat, mulai bisa mengalihkan hatinya pada Juang. Ayah Ana sempat meragukan Juang. Namun, seperti namanya, Juang terus memperjuangkan cintanya hingga berbuah restu dari Ayah Ana.
Jiwa Juang sebagai pecinta alam membawanya ke Tanah Papua selama beberapa bulan. Keengganannya pulang harus ditahan, tatkala ia mendengar kabar ibunda tercinta tengah sakit.
Bersama Ana, ia menuju tempat sang ibu dirawat. Ketegangan ayahnya mereda saat Juang membawa Ana dan mengenalkannya sebagai kekasih. Namun malang, beberapa jam setelahnya, justru sang ibu yang berpulang menghadap Tuhan.
***
Melihat Juang yang begitu terpukul, membuat Ana bertekad terus mendampinginya. Namun, ia teringat sebuah rahasia yang selama ini disimpannya rapat-rapat. Sebuah fakta tentang dirinya yang sangat ingin ia sangkal.
Ana dilanda kebimbangan. Di satu sisi ia sangat mencintai Juang. Namun di sisi lain, ia tak ingin semakin membebani Juang.
Akankah Ana tetap mempertahankan tekad dan memberitahu Juang tentang segalanya? Atau ia akan meninggalkan Juang begitu saja?
***
Istimewa. Satu kata yang paling mewakili buku ini.
Mengapa? Karena ini bukanlah buku biasa. Ini adalah Albuk, alias Album Buku. Tak hanya menulis novel, Bung Fiersa juga menciptakan 14 lagu berjudul sama dengan setiap bab dalam novelnya.
Seperti saran yang dituliskan Bung Fiersa dalam novel, saya pun menelisik kisah Juang dan Ana sembari mendengarkan 14 lagu itu. Rasanya, saya seperti berada di Bandung dan ikut menjadi bagian dari perjalanan cinta mereka berdua.
***
Satu lagi keistimewaannya, tentu saja gaya bahasa dan pemilihan kosakata Bung Fiersa yang berbeda dari penulis kebanyakan. Saat membuka lembar pertama novel ini, mata saya jatuh cinta pada kalimat, "Bandung sedang berangkat menuju senja. ..."
Begitu pula penamaan tokohnya. Nama belakang Juang, yakni Astrajingga, ternyata diambil dari salah satu tokoh pewayangan. Sampai-sampai, salah seorang followers Bung di Instagram meminta ijin memakai nama itu untuk anaknya yang baru lahir.
Singkatnya, menemukan Konspirasi Alam Semesta setelah sekian bulan tak membeli buku membuat saya merasa beruntung.[]
19 Pebruari 2018
Adinda RD Kinasih
Foto oleh : Fitriara
No comments:
Post a Comment