Di atas meja yang sama, tujuh tahun lalu.
Kita duduk berhadapan, diantara kursi-kursi kosong.
Dibatasi buku tua, lusuh, dan sampulnya terkelupas.
Sengat baunya tajam, kurasa hingga kini.
Sangat berbeda denganmu yang rapi dan wangi
***
Setelah itu, pada hari-hari yang berlalu,
Bayanganmu selalu muncul, bersamaan dengan bau buku tua.
Wangi jadi berbeda arti, tak lagi melati atau sekumpulan aroma terapi.
Wangi adalah aroma buku tua, yang dengan sengaja kuhirup, sembari mengingatmu.
Blitar, 10 Februari 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment