Hari berganti, minggu demi minggu terlalui, bulan demi bulan terlewati.
Juni ke Juli, hingga kenaikan kelas. Sekarang kami kelas XII, bet berganti merah. Aku tak lagi aktif di kegiatan sekolah. Fokus pada ujian nasional 2009.
Agustus. September. Oktober. November. Desember. Libur semester, dua minggu lamanya. Tahun baru 2009. Aku di rumah, membaca buku-buku psikologi yang aku pinjam dari perpustakaan.
Clara apa kabar? Entahlah. Aku belajar keras pada semester pertama kelas XII, demi mengejar PMDK ke Universitas Brawijaya. Jurusan Psikologi.
Januari. Februari. Maret. Hasil PMDK sudah diumumkan. Aku tidak diterima. Beberapa nama disebut, melalui radio sekolah. Sebagian lolos PMDK ke kampus impian mereka. Lebih banyak yang tidak lolos.
Nama Clara juga tidak disebut. Apa dia daftar juga? Entahlah. Bukankah aku sudah melupakannya?
April yang menegangkan, kami mengerjakan soal ujian nasional. Ada dua kode soal : A dan B. Aku mendapat lokasi duduk di barisan kedua. Satu kelas hanya berisi 20 siswa.
Pengawas kami guru dari sekolah lain. Sekolah favorit. Pengawasan agak ketat. Keringat dingin mulai keluar, jantung berdeguban, grogi tak ada habisnya.
Waktu terus berjalan. Kertas putih penuh dengan coretan, untuk berhitung. Soal-soal matematika dan fisika yang melelahkan.
Bagi kami lebih baik berhitung, daripada membaca soal bahasa Indonesia yang pelik. Tak begitu jelas mana yang benar dan mana yang salah.
"Ilmu sosial itu tidak seperti eksak, yang terukur. Ada kemungkinan. Dalam sejarah, ada yang tertulis, ada yang disembunyikan, ada yang dilupakan. Dalam psikologi, ada kerumitan-kerumitan dari masing-masing pribadi," Jelas bapak suatu ketika.
Mei 2009
Aku mengenakan kemeja putih dan jas hitam, berdasi lurik. Membasahi rambut dengan pomade, menyisirnya ke samping kanan, menyemprotkan parfum axe black ke dada dan pergelangan tangan.
Ini acara perpisahan kelas XII. Tak terasa sudah hampir tiga tahun kami belajar disini, berproses banyak hal, melalui hari-hari dengan seabrek tugas dan aktivitas yang padat.
Musik instrumental "Takana Juo" menyambut kedatangan kami pagi itu, dengan sound system yang besar.
Kami berfoto bersama teman-teman sekelas, sebelum acara dimulai, dan prosesi perpisahan digelar.
Setelah itu, pengisi acara mulai tampil. Clara naik ke panggung, mengambil gitar. Dua anak band mengiringi di belakang, satu mengambil bas dan memawa seruling.
"Ini dia persembahan dari kelas XII IPS 3," Teriak MC.
Aku tersenyum. Seruling dimainkan pertama, aku tidak tahu lagu apa itu, sampai petikan gitar pertama dimulai, dan Clara mulai bernyanyi.
Wajar bila terucap
Namamu malam ini
Bukan sekedar tanya
Dalam diri sendiri
Tepuk tangan membahana. Suara Clara begitu bagus, nadanya juga tepat. Begitu profesional. Di tengah lagu dia merubah petikan gitar, berganti lagu dengan cepat.
Mungkinkah
Kau mencintaiku selama-lamanya
Teriakan semakin membahana. Itu lagu favoritku, lagu dari Reza Artamevia yang aku masukkan rubrik "memori song" di majalah tahun lalu. Sengaja atau hanya kebetulan?
Sampai gitar berhenti dan kunci beralih lagi, lagu ketiga, petikannya sungguh tak asing. Love of my life.
Intronya diiringi seruling yang indah. Bagus sekali, bagiku ini lebih bagus dari saat Rafly tampil tahun lalu.
Bring it back
Bring it back
Dont take it away ...
Clara akhirnya bermusik lagi, menyanyikan lagu itu, apa yang telah terjadi selama ini? Aku tersenyum haru.
Mendung itu telah tersibak. Terbawa angin. Langit begitu cerah. Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
Selamat, Clara.
###
Juni 2009
Setelah pengumuman kelulusan, dan berkas-berkas terkait untuk mendaftar ke perguruan tingga sudah bisa diambil, kami ke sekolah untuk cap tiga jari dan tanda tangan.
Sebagian kami sudah bekerja, sebagian lain menanti jadwal tes kuliah. Aku akan mengikuti SNMPTN minggu depan. Besok akan ke Malang untuk mengikuti Bimtes, karena aku mengambil IPC. Sehingga ikut tes rumpun IPS. Mengambil jurusan Psikologi.
Setelah urusan pemberkasan selesai, aku mengambil sepeda di parkiran. Disana kulihat Clara juga sedang mengambil sepeda.
"Hai Ra," Sapaku.
"Hai," Jawabnya dengan lembut.
Setelah itu dia lekas mengayuh sepedanya, meninggalkanku yang mematung di parkiran.
Sampai jumpa, Clara. Batinku.
Setelah ini, aku tak tahu lagi apakah akan bertemu Clara. Karena besok aku akan ke Malang. Aku akan tinggal disana untuk beberapa tahun kedepan, dan hanya kembali beberapa kali sebulan.
Sampai jumpa, Ra. Ucapku lirih. Bahkan kalah dengan desir angin yang berhembus sepoi siang itu.
S E L E S A I
~~~
Cerbung by Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment