Oleh : Ana Fitriani
Dulu, saya bukan tipikal orang yang suka bepergian jauh, apalagi sendirian. Namun, selepas memasuki jenjang perkuliahan mau tidak mau saya harus berani membuat tantangan baru dalam hidup. Salah satunya dengan bepergian.
Kebiasaan ini dimulai sejak saya dan kawan-kawan Komunitas Penulis Blitar ikutserta dalam agenda Writing Camp di daerah pegunungan Trawas, Mojokerto. Sejak saat itu saya menjadi berani memesan tiket sendiri, memilih beberapa kota untuk saya singgahi. Seperti Surabaya, Subang, Kediri, dan Madura.
Semuanya saya lakukan karena ada semacam ketagihan yang begitu kuat dirasa. Meski harus benar-benar hemat menyisihkan uang jajan dan gajian, bagiku itu akan terbayarkan saat mampu bersua kawan-kawan di kota mereka.
Jika ditanya nyaman bepergian sendiri atau ramai-ramai, saya akan memilih bepergian dengan kawan akrab saja. Karena, saat sendirian sebenarnya kita lebih ditantang oleh keadaan untuk berani. Namun, di satu sisi akan ada rasa kekosongan untuk saling berdialog mengenai hal-hal sederhana.
Mengapa saya tidak suka keramaian, maksudnya bepergian dengan kelompok lebih dari lima orang? Jujur, saya orangnya moody, dengan bepergian bersama kawan lama tentu itu akan mempermudah saya menyamakan keinginan ketika dalam perjalanan. Karena mereka tahu banyak saya tipikal orang yang bagaimana.
Lalu bagaimana cara saya membagi waktu antara kuliah, bekerja paruh waktu, dan menjadi anak dari dua pasang orangtua?
Masalah bepergian memang menjadi problema bagi para penikmat kerja, kalau tidak libur panjang tidak mungkin bisa menjadwalkan kepergian. Selama saya bepergian semua tidak terlepas dari dukungan sahabat, keluarga dan gebetan *eh aku tidak punya ya. Ehehe. Sebab mereka semualah alasan saya senang bepergian, sekembalinya aku akan pulang kepada mereka seperti rumah sendiri.
Bepergian bukanlah hal yang bisa dikatakan kondisional, namun harus direncanakan dengan matang. Salah satunya dengan cara membuat daftar hari libur atau cuti yang bisa kamu manfaatkan. Jika kamu sendiri akan adil membagi waktu, pasti bepergian bukanlah hal yang sulit lagi. Satu hal lagi susun agenda bepergianmu serapi mungkin, penuhi semua hal pokok seperti dana transportasi, logistik, dan atribut bepergianmu. Jangan sampai kamu sudah berencana jauh-jauh hari tidak jadi berangkat karena kurangnya persiapan, sungguh sangat disayangkan bukan.
Lagi-lagi kini saya sudah mendapatkan stereotip anak tukang ngluyur , padahal saya rasa perjalanan ini belum sepenuhnya saya capai. Masih ada beberapa kota yang mesti saya kunjungi, demi umur yang tiada tahu kapan akan berakhir. Nusantara terlalu cantik bila saya diam-diam bae di rumah.
Tetapi, bagi kawan-kawan yang tidak bepergian tak usah risau. Kalian bisa baca cerita di jurnal perjalanan saya, setidaknya kalian semua bisa menikmati tanpa harus jauh pergi. Atau barangkali saat waktu sudah memberi kesempatan bagi kita untuk bepergian berdua, bolehlah kita atur agenda.
Jadi, begitulah asal muasal hingga beberapa poin kecil yang bisa saya bagikan. Barangkali kawan-kawan ada yang jauh lebih berpengalaman daripada saya, mohon koreksinya. Hehe.
Salam literasi, salam jalan kemana-mana!
Tabik!
No comments:
Post a Comment