اللهّم صلّى على سيّدنا محمّد
Telah sering kita baca dan sering kita dengar juga tentang keadaan Baginda Rosul yang konon katanya “tidak dapat membaca dan menulis.” Tak jarang pula banyak yang mengatakan demikian. Bahkan dari banyak golongan pun menyatakan seperti itu. Lalu apakah Baginda Rosul yang menjadi panutan sebagian besar penghuni bumi ini seperti apa yang mereka ungkapkan
Banyak orang memberikan indikator tingkat kecerdasan individu dengan melihat dari ‘kecakapan baca’ maksudnya semakin banyak membaca maka dapat dikatakan orang tersebut semakin cerdas.
Lalu bagaimana dengan keadaan Baginda Rosul yang konon “tidak dapat membaca?” Bukankah salah satu sifat yang tersemat pada Baginda Rosul adalah fathonah yang berarti cerdas? Bukankan orang cerdas pasti bisa membaca dan menulis?
Baiklah mari kita bahas satu persatu.
***
Membaca
Di beberapa pertemuan rutinan yang lalu telah kita ketahui bahwa obyek baca di bagi menjadi tiga, yaitu: tulisan, keadaan atau peristiwa, dan hati.
Obyek baca yang paling dasar adalah membaca tulisan. Banyak orang dapat melakukan hal ini. Entah itu membaca tulisan alphabet, angka, sandi, dan sejenisnya.
Obyek baca selanjutnya adalah membaca keadaan atau peristiwa. Yakni, membaca keadaan atau peristiwa di sekitar kita. Bukan sekadar melihat saja. Tetapi juga mengamati dan merenungkan.
Sama halnya kita membaca tulisan. Pasti tidak sekadar membaca tulisan saja. Tetapi juga mengingat, meresapi, merenungkan, dan bahkan kita menghubung-hubungkan beberapa buku yang setema sehingga memunculkan ide baru darinya.
Membaca keadaan juga seperti itu. Keadaan atau peristiwa yang ada dalam kehidupan kita tidak harus berupa masalah. Memang kehidupan kita tidak lekang dari masalah. Perlu di ketahui bahwa definisi masalah adalah kesenjangan antara das sein (harapan) dan das solen (kenyataan). Dan keadaan atau peristiwa yang dimaksud tidak harus berupa masalah. Terkadang malah ada hikmah dari keadaan atau peristiwa yang menghampiri kita. Taukah kamu apa esensi dari ‘hikmah’ adalah ilmu. Sedangkan jumlah orang yang dapat membaca obyek ke dua ini tidak sebanyak kemampuan orang yang membaca obyek pertama.
Obyek baca yang terakhir adalah membaca hati. Kita pasti telah mengetahui bahwa hati berada di dalam tubuh. Lalu bagaimana cara membacanya? Yang umum dilakukan adalah memprediksi ‘kata hati’ individu yang tercermin dari gestur, mimik wajah, dan tutur kata yang di keluarkannya. Allohu ‘alam. Dan orang yang mempunyai kemampuan membaca obyek ketiga ini sangat sedikit. Bila digambarkan melalui diagram, menurut tingkat kemampuan baca manusia berdasarkan obyek baca adalah sebagai berikut (lihat pada gambar).
Dari uraian diatas jelas sekalikan obyek ‘membaca’ Baginda Rosul yang mana? Dan solusi yang di berikan Baginda Rosul dari setiap hasil analisisi bacaan beliau adalah ilham dari Alloh. Bukankan Baginda Rosul adalah seorang utusan dan kekasih-Nya?
Menulis
Menulis dalam KBBI V, membuat huruf (angka angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya); melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Biasanya kita melakukan kegiatan menulis adalah untuk membuat atau mengabadikan apa yang kita alami lewat tulisan. Selain itu juga untuk menyimpan memori berupa kata. Bahkan kita sering mendengar atau mendapatkan ungkapan “ilmu ibarat binatang yang di gembala sedangkan tulisan adalah tali agar gembalaan tersebut tidak lepas dari kendali” itu adalah salah satu fungsi tulisan. Dan masih banyak lagi fungsi dari tulisan.
Bila Baginda Rosul dapat menulis, pasti banyak orang yang membaca tulisan beliau mengingat beliau adalah panutan seluruh umat. Pasti banyak hikmah yang terkandung di tiap tulisan yang beliau buat. Tapi nyatanya...sampai sekarang belum ada sejarawan maupun arkeolog yang mampu menemukan tulisan beliau. Nampaknya memang benar bahwa beliau tidak meninggalkan tulisan.
Bukankan telah jelas dalam sebuah riwayat bahwa sebelum Baginda Rosul wafat beliau berwasiat “Telahku tinggalkan untukmu dua pusaka (Al Qur’an dan As Sunnah).”
***
Al Qur’an? Pasti semua sudah banyak yang mengetahui tentang Kitab Suci yang mulia dari Allohu ‘Azza wa Jalla. Dan tak ada keraguan sedikit pun atasnya. Bahkan pada saat ini Al Qur’an sudah tersedia dalam bentuk tulisan. Berbeda pada zaman Baginda Rosul dan para sahabat. Yang masih di hafal.
As Sunnah? Sedikit mengingatkan. Bahwa As Sunnah di bedakan menjadi tiga, yaitu sunnah fi’liyah, sunnah qouliyah, dan sunnah taqririyah.
Definisi sunnah adalah perkara yang bila di lakukan mendapat pahala dan bila di tinggalkan tidak mendapat dosa. Sedangkan sunnah fi’liyah (jenis perilaku) adalah sunnah yang bersumber dari perilaku Baginda Rosul. Perilaku yang di maksud adalah mencakup seluruh aspek kehidupan Baginda Rosul. Mulai dari bangun tidur, aktivitas sehari-hari, menghadapi persoalan hidup, hingga tidur lagi.
Sedangkan sunnah qouliyah (jenis perkataan) adalah sunnah yang bersumber dari apa yang di katakan Baginda Rosul. Terkadang ungkapan yang disampaikan oleh Baginda Rosul sering di kutip oleh para sahabat. Hingga saat ini kita masih bisa mengutip ulang perkataan Baginda Rosul tersebut lewat para sahabat, tabi’in, dan ulama.
Sunnah yang terakhir adalah sunnah taqririyah (jenis keadaan) adalah sunnah yang bersumber dari keadaan Baginda Rosul ketika menanggapi peristiwa. Misal keadaan Baginda Rosul menghadapi para sahabat ansor melakukan pemainan rebana dan lantunan sholawat tatkala menyambut kedatangan beliau.
Bukankah setiap tindakan manusia, setiap hembus napas manusia pun sudah di atur oleh-Nya? Apalagi Baginda Rosul adalah ciptaan yang sangat istimewa, nabi dan rosul.
Dari uraian tentang As Sunnah kita dapat mengambil benang merah bahwa ilmu yang tersimpan dalam diri Baginda Rosul di implementasikan dalam wujud tingkah laku dalam keseharian Beliau, baik berupa perilaku, ucapan, maupun ketetapan. Tidak dalam berupa tulisan. Bahkan hikmah dari As Sunnah yang di terjemahkan oleh para sahabat yang pastinya mendatangkan versi yang berbeda-beda (asal sumbernya valid) dapat melahirkan rahmat.
“Perbedaan di antara umatku adalah rahmat”
Masih bertanyakah mengapa Baginda Rosul ‘tidak dapat membaca (tulisan) dan menulis.’ Jawab saja sesuai keadaan sekarang. (Bukankah di kebijakan Tuhan selalu relevan di tiap zaman?) “Agar tidak terpengaruh hoax”
Tabik
Rosy Nursita Anggraini
Blitar, 12 Robi’ul Awwal 1440 H
No comments:
Post a Comment