Oleh: Alfa Anisa
Hampir 16 bulan menetap di sebuah tempat
dikelilingi kesunyian adalah hal yang tak pernah tercatat dalam pikiran.
Cerita, pengalaman dan banyak hal yang tak kan
pernah saya dapatkan jika tak mondok di tempat ini. Hingga melahirkan
pesan-pesan sederhana sebagai bekal di masyarakat nantinya.
Mungkin seperti ini, ketika itu bulan-bulan
menjelang akhir tahun saya pernah berpikir. Kenapa saya mondok? Kenapa harus di
sini? Kenapa saya ngaji? Dan beberapa pertanyaan jenis lainnya yang sedikit tak
wajar jika seseorang harus mengimani sebuah takdir. Selama beberapa hari saya
dibuat pusing oleh pertanyaan yang belum menemukan jawaban. Pertanyaan yang
tiba-tiba hadir tanpa diundang dan tanpa tahu sebab apa saya memikirkan hal-hal
seperti itu.
Bahkan saya sempat berkata kepada teman,
"Aku jan nggak pengen ngaji. Anti. Selain muqodaman (jatah ngaji satu
sampai dua juz tiap malam jumat) aku tak ngelibur aja. Biarin. Pusing mulu ini
kepala."
Begitulah, beberapa hari saya hanya
memegang AlQuran jika ada jadwal nyimak, soroqan, dan muqodaman. Selain itu
saya memilih angkat tangan dulu, sampai sekiranya saya bisa menemukan jawaban.
Sampai sekiranya saya bisa mencari cara menenangkan diri.
Tapi memang terkadang apa yang kita
inginkan tak sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Dan sekiranya Allah belum
memberikan petunjuk bagaimana pertanyaan saya akan terjawab. Sebab itulah
pencarian dari beragam jenis pertanyaan berbuah rasa sakit yang membuat saya
harus memilih kalah. Pulang adalah kekalahan dari usaha mencari jawaban.
Mungkin saya butuh untuk mengistirahatkan pikiran. Dan infeksi adalah vonis dokter
yang saya pikir berasal dari hasil pikiran-pikiran yang bekerja terlalu keras.
"Sakit itu nggak enak!" pikir
saya yang berusaha bangkit untuk sembuh dan kembali ke pondok. Bahkan bukan
mendapat dukungan, semangat tapi malah mendapat kata-kata yang menusuk dari
seseorang. "Jika pikiran-pikiran dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu
membuatmu sakit. Sudahlah lupakan! yang kamu lakukan saat ini adalah berusaha
berbuat yang terbaik apa yang kamu bisa lakukan hari ini."
Saya diam mendengarkan khidmat, sambil
diam-diam mengingatnya.
Lalu bagaimana akhirnya saya menemukan
jawaban-jawaban yang sulit mencari titik temu. Tunggu saja ya!
😅😅
Kamar dewe, 25 Februari 2019; 01.42
No comments:
Post a Comment