Inspirasi di Balik Bukit
(Seri Catatan English Camp 2019)
Kamis, 18 Juli 2019
Cak Ni, entah siapa nama lengkapnya, menginformasikan tentang adanya Pejuang Literasi Blitar, di sela-sela acara English Camp. Hari itu Cak Ni mendampingi anak-anak dari Teater Etnika.
Kami ditanya, bagaimana jika bergabung?
Selama ini saya tergolong Pegiat Literasi, meski ya tidak pernah menggunakan kata "Literasi". Filosofinya seperti QS. Al Ikhlas yang tidak ada satu pun kata "Ikhlas" di dalamnya.
Sengaja tidak menggunakan kata "Literasi", agar tidak merasa paling "Literasi", sekaligus menyadari bahwa apa yang selama ini saya jalankan bersama teman-teman Forum Lingkar Pena, Muara Baca, atau Paguyuban Srengenge, hanya bagian kecil dari Literasi itu sendiri. Sebab literasi itu teramat luas, dan tidak bisa dikerdilkan hanya membaca dan menulis.
Namun Cak Ni memang benar-benar menginformasikan adanya suatu gerakan yang bernama Pejuang Literasi Blitar. Sudah memiliki CV, dan kini hendak mendirikan penerbitan.
Berawal dari keinginan Cak Ni dan kawan-kawan menerbitkan karya dari Pak Edi S. Pitingan, yang seorang tunarungu. Saya dan teman FLP Blitar pernah silaturahim ke beliau, sekitar 2016 silam, dan mengajak beliau menulis untuk antologi cerpen Jejak-jejak Kota Kecil.
Beliau hidup sebatang kara, meskipun menurut sebagian orang masih memiliki keluarga. Seluruh hartanya sudah habis. Sehari-hari beliau memulung, untuk menghidupi diri. Saat ini tinggalnya pun di Masjid Syuhada Haji.
Untuk berkomunikasi dengannya, harus menulis dulu pada secarik kertas, lalu ia baca dan kemudian ia jawab secara lisan. Pak Edi agak kesulitan jika langsung menjawab tanpa perantara tulisan.
Sebab dulunya pendengaran Pak Edi memang normal, karena sebuah kecelakaan, ia menjadi tunarungu.
Hidupnya pun menjadi sangat sepi. Biasanya bisa mendengarkan indahnya suara azan, lantunan musik, kemerosak air, atau deru kendaraan di jalanan. Kini ia tak bisa mendengar apapun. Benar-benar sunyi dan sepi.
Untuk mengatasi rasa sepinya itu, Pak Edi menulis pada secarik kertas. Kertas itu ia tempel di dinding, atau ia sambung.
Karena itulah, Cak Ni dan kawan-kawan membentuk Pejuang Literasi Blitar. Target terdekatnya, menerbitkan karya Pak Edi S. Pitingan menjadi buku.
Perjuangannya tidak mudah, harus mengetik ulang tulisan-tulisan Pak Edi yang selama ini ditulis tangan pada lembaran kertas.
Fase berikutnya ialah editing naskah sampai siap cetak, hingga mengumpulkan dana, untuk biaya penerbitan.
Setelah terbit, buku akan dijual, seluruh pendapatan buku akan diserahkan ke Pak Edi, untuk membiayai hidupnya.
Jika kebetulan ada yang membaca tulisan ini dan ingin ikut mewujudkan cita-cita mulia ini, tentu akan sangat membantu.
Namun tidak berhenti sebatas itu. Kedepan Pejuang Literasi Blitar diharapkan menjadi wadah bagi pejuang lain yang hendak menerbitkan bukunya. Penerbitan yang kini dimiliki lebih memudahkan untuk mendapatkan ISBN.
Cak Ni sendiri juga pejuang, ia mendirikan Rumah Baca (Rumba) Kedai Ilmu Harmoni (KIH) atau Taman baca Ilalang. Sehari-hari keliling sambil membawa motor obrok buku.
Literasi memang penuh perjuangan, dan semangat itu terbit dari Blitar. []
Ditulis oleh
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment