Inspirasi di Balik Bukit
(Seri Catatan English Camp 2019)
Rabu, 17 Juli 2019
Ada alasan kenapa saya begitu aktif di Organisasi, atau komunitas saat ini? Ya, karena masih single. Oleh sebab itu, saya perkirakan keaktifan itu mungkin akan berkurang sangat drastis, ketika nanti sudah berkeluarga.
Selama ini, bisa mudah saja meninggalkan tugas-tugas pekerjaan untuk urusan komunitas. Saat sudah berkeluarga, mungkin tidak akan semudah ini. Ya, sebab sudah punya tanggungan.
Pasti akan sangat sibuk, demi mengumpulkan kebutuhan materi. Karena itu, mumpung masih single, waktu yang ada dimaksimalkan. Ibaratnya memang bertaruh dengan waktu.
Namun kadang saya kagum dengan Ibu-ibu, dan juga bapak-bapak tentunya, yang masih terus semangat mempelajari hal baru, di usianya yang tak lagi muda.
Misalnya saja, ketika English Camp kemaren, ada dua sosok senior yang sangat bersemangat. Yaitu Oma Titiek Setyani dan Bu Endang Pratiwi.
Keduanya tidak sekadar Ibu-ibu, sudah disebut nenek, karena sudah memiliki cucu. Namun begitu enerjik dan bersemangat, mengikuti acara sampai malam, paginya masih naik turun bukit untuk menikmati udara segar dan spot foto yang menarik.
Bahkan Oma Titiek dan Bu Endang juga ikut duduk dan menyimak materi yang disampaikan oleh seseorang yang masih seusia anaknya.
Oma Titiek sendiri saya kenal cukup lama, terutama sejak dua tahun terakhir. Di sela kesibukannya sebagai pengajar, juga Ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil, namun aktif menghasilkan buku. Terutama buku puisi dan cerita anak.
Begitupun dengan Bu Endang, selagi mengajar juga aktif menulis, terutama menulis buku sejarah yang menjadi minatnya.
Bu Endang juga pernah sesekali hadir dalam diskusi mingguan Komunitas Muara Baca yang saya pandu. Kalau tak keliru ketika sesi bincang tokoh Tan Malaka.
Sebagai pengajar, baik Oma Titiek dan Bu Endang sudah sangat berpengalaman. Ratusan murid sudah dididiknya, ribuan jam pelajaran sudah beliau habiskan di ruang kelas. Namun masih bersemangat menulis dan mengikuti kegiatan.
Mencerminkan semangat belajar yang tak pernah surut, yang juga sekaligus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya untuk terus belajar. Sebab menjadi guru di dalam kelas adalah hal biasa, namun bisa sekaligus menjadi teladan itu, tidak semua orang bisa. []
Ditulis oleh
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment