Selasa, 24 September 2019
Ketika menjadi mahasiswa, setiap kali pulang ke Blitar pada Jumat malam, saya selalu bawa buku sebagai bacaan, entah saat menunggu kereta api datang, atau saat di dalam gerbong selama kurang lebih 2,5 jam perjalanan Malang-Blitar.
Hal yang juga saya lakukan sejak Aliyah, ketika pada jam tertentu, saya menghabiskan waktu dengan membaca buku.
Membaca buku membuat saya serasa masuk pada dimensi yang berbeda, seperti sedang menyelami dunia tersendiri. Hal itu membuat saya sejenak melupakan sengkarut masalah hidup yang saya alami kala itu, yang sering membuat galau.
Mulai dari masalah asmara, atau masalah keluarga. Jika saya renungi, sebenarnya begitu kompleks masalah hidup yang menerpa saya, bahkan sejak Aliyah. Betapa saya sendiri kadang tidak percaya jika masih sanggup bertahan sampai detik ini, dengan kekacauan yang ada.
Untungnya, dan bisa jadi itu satu bentuk pertolongan dari Tuhan, saya lampiaskan semuanya dengan membaca dan menulis. Semua tertumpah di situ. Memang terkesan lucu, namun memang faktanya demikian.
Tidak lewat rokok, drugs, dan sejenisnya. Ya, meski kenakalan juga pernah saya lakukan, seperti menggelapkan uang SPP sekolah, namun itupun saya atasi sendiri dengan menjual hp kesayangan.
Karena itu, buku-buku, membaca, dan menulis, memiliki suatu arti tersendiri dalam hidup saya. Sehingga muncul janji untuk suatu kelak mengabdi dalam bidang ini, yang sekarang kita sebut Literasi.
Sebab banyak orang mengira hidup saya lurus saja, penuh fasilitas, tanpa masalah, sehingga bisa saja menjalani hobi dengan santainya, nongkrong di kafe sambil mencicip macam dan jenis kopi.
Padahal, di antara ketenangan yang nampak, ada suatu badai dan kemelut hidup yang susah payah saya taklukkan, minimal lewat diri saya sendiri. Sungguh tidak mudah, dan betapa menguras energi. Tidak saja membuat galau, namun kadang menyebabkan pikiran dan batin kacau sekacau kacaunya.
Dari membaca buku, saya perlahan paham jika dunia itu tidak sempit. Lewat biografi tokoh-tokoh yang saya baca, lewat secarik cerita hidup yang tertuang pada koran, majalah, dan website yang ada, saya menyadari jika ada yang hidupnya lebih parah namun mereka bisa bertahan, bahkan membangun hidupnya.
Pengetahuan membuat pikiran saya terbuka nan lapang. Tidak terpaku pada satu sudut tertentu yang harus melulu diratapi, apalagi hanya soal urusan asmara pribadi, yang super egoistik, yang bikin galau.
Ada suatu ketertarikan kuat pada hal lain, hidup menjadi punya banyak sisi. Ada sisi sedih, ada sisi bahagia, ada sisi biasa-biasa saja. Lewat buku-buku semuanya bisa dituangkan dalam kumpulan kata.
Lewat membaca semua bisa dipelajari, lewat menulis semua bisa direfleksi. Sampai saat ini, membaca dan menulis adalah bagian penting dari hidup saya, yang tak sekadar materi, namun benar-benar menjiwai. []
Kedai Muara
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment