Jumat, 13 Desember 2019
Di dapur rumah, atau di sudut bagian rumah yang saya huni saat ini, ada penunggunya. Kata seorang teman, yang bisa merasakan kehadiran mahluk lain tersebut. Namun katanya, itu memang sudah penunggu lama, yang bisa beradaptasi dengan penghuni rumah.
Padahal, dapur adalah tempat favorit saya, setelah teras rumah, untuk sekadar ngopi, membaca, atau menulis. Meskipun dapur itu ala kadarnya, kotor, nan berantakan.
Namun suasana dapur yang seperti itu, mengingatkan saya pada suasana desa tempat saya berasal. Alasan kenapa saya suka menghabiskan cukup waktu di situ.
Tak peduli apakah disaat bersamaan saya berdampingan dengan jin, lelembut, dan semacamnya, yang sejujurnya juga tak bisa saya rasakan, apalagi melihatnya. Sense saya sangat tumpul untuk memahami hal semacam itu.
Juga tidak mengerti pasti apakah jin tersebut juga bisa melihat saya duduk membaca buku, bernyanyi, menyeduh kopi, atau aktivitas lainnya, sementara saya merasa di dapur itu tidak ada mahluk lain, selain tiga jenis mahluk hidup yang pernah kita dengarkan pada pelajaran IPA.
Namun teman saya menyarankan agar membersihkan bagian rumah yang kotor dan lembab, mengganti lampu-lampu dengan watt yang lebih terang.
Padahal saya sudah bilang tidak terganggu, juga karena tidak pernah mengganggu saya. Selama ini, semuanya berjalan baik-baik saja, tidak ada penampakan atau cerita horor layaknya kisah desa Penari.
Harus tetap dibersihkan! Tegasnya. Karena bisa jadi ada "pendatang" yang lewat dan akhirnya merasa nyaman. Pendatang ini berbeda dengan penunggu yang sudah bisa beradaptasi di situ.
Sekilas terasa ngeri juga mendengarnya. Konon di alam Jin, trafik lalu lintasnya lebih padat, karena usia mereka lebih tua dari sebagian besar manusia.
Penunggu di dapur rumah saya mungkin sudah sejak lama di situ, jauh sebelum rumah itu dibangun, atau bahkan jauh sebelum tanah itu secara administratif dimiliki oleh keluarga bapak saya.
Maka tak salah jika ada yang berkorespondensi dengan mereka, untuk mengulik sejarah masa lalu. Bahkan seorang pernah bercerita sempat berbincang dengan mahluk gaib yang dulunya adalah prajurit kerajaan majapahit.
Duh! Jika hal ini bisa dilakukan semua orang, dan dianggap ilmiah, apalah gunanya ilmu sejarah, arkeologi, dan yang serumpun?
Tidak! Karena kita manusia, harus tetap menjalankan tugas-tugasnya sebagai manusia. Membaca buku, menganalisisnya, dan menggali sumber pengetahuan. Tidak harus menempuh jalan instan semacam itu.
Namun petuah dari teman saya tadi ada benarnya juga, agar lebih menjaga kebersihan. Bukan saja agar tidak ditempati mahluk pendatang tadi, namun menjaga kebersihan itu memang penting. Tak salah jika itu disebut bagian dari Iman.
Di dapur rumah sendiri
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment