Selasa, 3 Desember 2019
"Webnya tidak diisi setiap hari ya?," Seseorang bertanya pada saya via WA.
Ternyata, beliau pembaca setia blog pribadi saya (yang jarang update juga), serta website FLP Blitar yang sejak 2015 ikut saya kelola.
Pada awal website muncul, seorang teman yang pernah bergiat bersama di FLP UIN Malang sempat berkomentar : kok isinya tulisanmu saja?
Memang, website FLP Blitar tak banyak yang mengunjungi. Mentok di atas 50 orang per hari, namun mereka adalah pembaca yang serius, dan kadang bertanya kenapa jarang ada tulisan baru?
Padahal, dulu hampir setiap hari saya merawat website tersebut. Sekarang tidak demikian, sampai akhirnya beberapa fiturnya "rusak". Harap maklum, sebab saya harus merawat beberapa website.
Namun bisa dipahami, mereka yang ikut komunitas kepenulisan justru mereka yang tidak begitu aktif menulis. Lho kok bisa?
Ya, sebab kalau sudah aktif menulis, buat apa lagi komunitas? terkecuali mereka yang berjiwa altruistis dan ingin mengabdikan dirinya sebagai mentor atau pembimbing, meski tanpa dibayar.
Komunitas dibutuhkan bagi mereka yang masih belajar, yang masih perlu motivasi untuk menulis, yang masih perlu bisikan teman-teman satu komunitas agar terus berkarya.
Mereka yang sudah bisa menulis, disiplin setiap hari, bahkan sudah menjadi kebiasaan atau malah profesi, lantas buat apa lagi berkomunitas?
Begitulah saya menjawab pertanyaan pertama di atas, yang diajukan oleh guru sekolah saya. Untuk respon atau pertanyaan kedua, saya jawab saja bahwa itu untuk memberi contoh.
Meskipun kadang orang bosan juga. Tiap kali buka website, berharap bisa membaca tulisan baru dari orang yang berbeda, eh yang muncul tulisan dia dia lagi.
Menulis tidak bisa dipaksa, apalagi jika itu sekadar jadi sampingan. Ada kesibukan lain yang perlu didahulukan. Sekalipun, tiap minggu sekali kumpul dan membuat pertemuan, untuk membahas materi kepenulisan.
Kadang saya merasa jenuh, sekalipun pertemuan hanya seminggu sekali. Karena tidak setiap minggu pula ada tulisan baru, lantas buat apa bahas-bahas materi menulis?. Seperti orang belajar masak namun hanya mentok pada tips-tips dan tak pernah melihat hidangan tersaji untuk dicicipi.
Namun sekali lagi, menulis tidak bisa dipaksa. Berkomunitas juga tidak bisa terlalu dibebani, sebab dari Senin sampai Sabtu, masing-masing sudah tenggelam dalam kesibukannya. Bekerja, sekolah, kuliah, dan sebagainya.
Berkomunitas hanya suatu cara memanfaatkan liburan dan waktu luang, suatu cara menghibur diri, merefreskan pikiran yang penat oleh aktivitas harian.
Untuk pengisi waktu luang, apa yang dicapai komunitas kepenulisan seperti ini sudah luar biasa. Jangan terlalu dituntut lebih. Sebab jarang sekali waktu luang itu mewujud hal produktif.
Sayangnya, kita merasa jika waktu luang inilah yang memberi kita nilai hidup, yang selalu kita nantikan, sekalipun seringkali kita kesampingkan. []
Di kedai Muara
No comments:
Post a Comment