Rombongan wakil rakyat berdiri di tepi sungai
Tinjau jembatan layang masih setengah jadi
Senyum terukir di sudut bibir nan merekah
Rasa bangga terpancar menghias wajah
Jalan layang diklaim sebagai pendorong kemajuan
Kelancaran transportasi mendongkrak perekonomian
Dengan bangga di mimbar mereka berkata
Kemakmuran bakal tercipta secara merata
Tapi mereka lupa....
Ada ribuan tangis orang kecil terpaksa melepas tanah pusakanya
Ada ribuan petani merintih karena lahannya harus tertindih
Ada ribuan warga menjerit lantaran tergusur kepentingan orang berduit
Ada ribuan warga menggelepar tak mampu pertahankan hak secara wajar
Oh penguasa, untuk apa air mata orang kecil harus tumpah
Sedang pengguna jalan layang hanya mereka yang bermobil mewah
Untuk apa orang kecil harus tergusur dari tanah leluhur
Dari bawah jembatan layang yang katamu pintu menuju makmur
Dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat jelata
Rumah, ladang, sawah, harus tergusur demi jembatan layang semata
Sedang mereka yang semula mendiami lahan di bawahnya
Tak kan bisa menikmati karena kendaraan tak punya
Jalan layang memaksa harapan banyak orang melayang
Jalan tol membuat para wakil rakyat bertindak tolol
Jalan layang menguras air mata orang pinggiran
Jalan tol menggiring warga terlintasi ke titik nol
Aku berdiri menatap kepincangan itu dengan hati kelu
Jiwaku melayang bersama angin yang membawa debu
Seperti mendung yang menggantung di atas jalan layang itu
Rasa gamang memaksaku berlalu membawa sendu
Jalan layang setengah jadi
Mengusirku dari pangkuan pertiwi
Yang selama ini jadi sumber utama
Atas hidupku yang nestapa
Hingga rombongan wakil rakyat itu berlalu
Aku masih terpaku dalam benak bisu
Blitar, 21 Januari 2020
Salam literasi Indonesia
No comments:
Post a Comment