Berbondong warga datangi kelurahan
Kabarnya hari ini mereka dapat bantuan
Sejumlah uang dan aneka kebutuhan
Dari yang bersepeda, bermotor, serta bermobil
Dipakainya kalung, gelang, dan cincin untuk tampil
Tak peduli uang rakyat yang akan diambil
Sementara disebuah gubug reot
Seorang nenek renta menyangga pipinya yang kempot
Sang nenek menatap sambil melotot
Bertanya sang nenek kepada RTnya
Mengapa namanya tak ada dalam daftar penerima dana
Pak RW sarankan si nenek datangi kelurahan
Tapi pak lurah bilang itu pusat yang tentukan
Sang nenek pulang dengan tangan hampa
Duduk di balai bambu pasang wajah nelangsa
Bagaimana bisa bantuan salah sasaran
Ia yang lebih pantas mendapat malah terabaikan
Saksikan warga tersenyum pulang dari kelurahan
Dengan banyak perhiasan menempel di badan
Pada Tuhan sang nenek adukan nasipnya
Atas bantuan yang tidak sentuh namanya
Oh apa sebenarnya yang terjadi di negeri ini
Mengapa kesenjangan tiada pernah henti
Sampai kapan bantuan salah sasaran
Sampai kapan subsidi salah dialamatkan
Sang nenek renta duduk melongo
Saksikan warga penerima bantuan pada swafoto
Dalam hati sang nenek berdoa
Semoga mereka sadar itu bukan haknya
Tanpa belas kasih warga pamer perhiasan baru
Jerit hati sang nenek semakin pilu
Bukan bukan lantaran dirinya iri
Ia hanya merasa belum punya rejeki
Sang nenek renta bawa sedihnya ke dapur
Perut sudah melilit saatnya minta isi
Tapi sang nenek harus kembali tepekur
Sebab hari ini ia tak punya nasi
Kembalilah ia ke balai bambu depan
Segelas air putih ia teguk perlahan
Sekedar pengganjal perut yang kelaparan
Sedang sebutir beras pun ia tak ada persediaan
Tanpa terasa jatuhlah air mata
Basahi pipi keriput berlapis duka
Hanya pada Tuhan ia meminta
Semoga lain waktu datang bantuan untuknya
Hingga petang datang ia masih termenung
Tanpa perhatikan langit mulai mendung
Saat hujan gerimis mulai menyapa
Ia terhuyung masuk gubug reotnya
Kontradiksi ini sungguh menyayat hati
Jadi potret buram yang perlu dikaji
Wahai penguasa mutakhirkan data bantuan
Agar kisah sedih sang nenek tak berkepanjangan
Meski hatiku terketuk pilu
Ingin menolong tapi aku tak mampu
Hanya aku puisikan kisah sedihmu itu
Dalam rangkaian diksi pengingat kalbu
Semoga penguasa perhatikan nasipmu
Selalu!
Blitar, 10 Januari 2020
Salam literasi Indonesia
No comments:
Post a Comment