Minggu, 8 Maret 2020
Pengalaman seseorang dalam menulis tetap membedakan tulisan cerpen yang dihasilkan. Mulai dari pemaparan kekuatan tokoh, kejelasan plot atau alur ketajaman konflik sangat menukik sampai kedalaman pesan akan membawa perubahan peri kehidupan ke arah yang lebih baik.
Agenda bedah karya cerpen anak bangsa di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Kota Blitar benar-benar memberikan asupan keterampilan kepada penulis muda untuk lebih bertalenta. Penulis yang mengangkat presfektif kearifan lokal Blitar mendapat rujukan yang sangat berarti dari para pembedah untuk lebih memperdalam muatan cerpennya.
“Faktor terpenting apa yang merupakan kekuatan dalam cerpen selain alur yang jelas?” Pertanyaan beberapa penulis yang karyanya dibedah. Pak Heru Patria dan Ustad Saif Ahmad selaku gawang FLP Blitar sekaligus pemateri dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa; “Faktor terpenting adalah konflik yang dibangun”. Hal tersebut secara umum merupakan kelemahan cerpen cerpen Sehari Tanpa Pancasila karya Rizky Saputra, cerpen Sakit Tak Berdarah karya Rifai, cerpen berjudul Aku Kebon Rojo Supriadi karya Abi dan cerpen Balada Durian Lukis karya R.Wening yang dibedah kali ini.
Konflik itu nyawa sehingga cerpen menjadi hidup. “Kapan konflik itu dicuatkan?” Pertanyaan kedua dari mayoritas yang hadir . Penjelasan pembina FLP Blitar Bapak Budiono adalah; Edisi zaman now konflik disodorkan lebih dahulu itu kecenderungan dalam trend strategi meraup ketertarikan pembaca. Bahkan jika sudah siap untuk diterbitkan di penerbitan mayor harus peka membaca selingkungan (karakteristik penerbit).
Acara dimulai jam 10.10 dan berakhir jam 13.30 didapatkan sebuah kesimpulan bahwa cerpen Sehari Tanpa Pancasila karya Rizky Saputra mengangkat topik Pancasila sama dengan cerpen Akar Kawentar karya Heru Patria.
Cerpen Sakit Tak Berdarah karya Rifai, Cerpen Aku Kebon Rojo Supriadi karya Abi harus memperbaiki ejaannya karena masih banyak yang belum tepat. Thypografi juga menjadi bahan penting dari peminat bedah ini karena beberapa ada yang masih belum taat azas termasuk kesesuaian penulisan menurut PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Konflik harus ditajamkan karena sebagian besar masih datar.
Disinggung juga cerpen R.Wening Balada Durian Lukis yang alurnya jelas tetapi belum memanfaatkan celah untuk menajamkan konflik dan disarankan untuk dirapatkan sehingga konstruk menarik karena memang sangat berpeluang.
Kehadiran Bapak Agus dari Perpustakaan Bung Karno dalam even ini memberi harapan baru bagi FLP Blitar. Selain memang keberadaan memang diharapkan untuk ikut serta dalam mengembangkan perpustakaan juga. Pada kesempatan berikutnya beliau siap menjadi pemateri dalam workshop komunitas tentang kiat dan trik menulis untuk media massa.
Rencananya akan diadakan Bulan Maret ini.
Dan agenda rutinan FLP Blitar akan tetap berjalan setiap hari Minggu. Entah itu berupa apa, selalu bertujuan memajukan literasi. “Beja-bejane wong sing lali isih beja sing eling lan waspada, beja-bejane kanca sing ning omah sok Minggu turu isih beja sing pada teka. Tak tunggu ya Kanca, tekamu!" Semoga rutinan Hari Minggu depan bisa bertemu.
Gubug Rindu Rahayuningtyas
No comments:
Post a Comment