Oleh: Saif Ahmad
Apakah teman-teman pernah menerima pembelajaran daring? Kuliah online tidak tatap muka.
Baru-baru ini Menteri Pendidikan Mas Nadiem Makarim menginstrukkan pembelajaran daring baik untuk PAUD, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan sekolah diliburkan karena virus Covid-19.
Bahkan untuk mendukung itu semua, Kemendikbud telah mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan android bernama Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar dapat diakses di belajar.kemdikbud.go.id.
Masyarakat pun tak mau tinggal diam, mereka juga menciptakan aplikasi-aplikasi yang menunjang pembelajaran online seperti ruangguru, zenius dan lainnya.
Selain menjawab kondisi yang terjadi saat ini, banyak yang mengatakan bahwa daring dirasa memang lebih tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Namun apakah demikian?
Saya sempat berbincang dengan orang tua dari murid TK maupun SD di desa Kemloko kecamatan Nglegok. Salah satunya adalah Bu Afif, salah satu walimurid kelas satu. Beliau mengatakan jika pembelajaran daring sangat merepotkan mereka. Di mana fasilitas yang tidak memadai membuat wali murid kebingungan dalam membantu mengerjakan tugas atau PR anaknya dari sekolah. Apalagi di daerah pedesaan tidak semua orangtua memiliki hp android.
Selain itu tugas-tugas yang diberikan bapak/ibu guru lewat daring menjadi beban anak-anak itu sendiri. Anak-anak yang tidak menguasai materi menjadi stress demikian juga orangtua yang harusnya bekerja menjadi terganggu pekerjaannya karena harus mengurusi tugas anak. Akhirnya terjadilah masalah antara orangtua dan anak. Hal-hal seperti inilah yang mungkin perlu dikaji ulang. Barangkali tidak semua materi bisa di daringkan.
Sebagaimana yang kita ketahui pembelajaran tatap muka sudah dilaksanakan sejak taman kanak-kanak. Guru atau pendidik melaksanakan rutinitas seperti biasa, memperkenalkan diri, mengecek absensi, menanyakan kabar murid-muridnya, memberikan stimulan yang membuat siswa tertarik, dan sebagainya.
Peserta didik pun melakukan hal yang sama, berusaha memahami tujuan pembelajaran, mempersiapkan materi, berusaha datang tepat waktu, dan dapat mengikuti pelajaran yang diajarkan. Lalu bagaimana dengan pembelajaran daring?
Pembelajaran daring merupakan hal yang baru di dunia pendidikan, meskipun di negara maju metode ini sudah berjalan, namun untuk negara berkembang pembelajaran daring adalah hal baru. Hal ini akhirnya menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi siswa tetapi pengajar pun mengalami hal yang sama.
Padahal, fokus utama adalah peserta didik. Namun, peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran, banyak mengalami ketidakjelasan terhadap materi yang diajarkan.
Di era digital dan dalam kondisi sepereti ini materi daring memang perlu. Oleh karena itu perlu adanya strategi agar pembelajaran daring bisa diterima bagi masyarakat dan peserta didik.
Trik yang pertama adalah guru khususnya guru TK, SD dan SMP, harus berkomunikasi dengan walimurid, sehingga walimurid sepaham dengan pembelajaran daring yang akan dijalankan. Termasuk teknis pelaksanaan, tujuan dan kendala-kendala yang kemungkinan terjadi. Sehingga hal ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dan kesalahpahaman.
Kedua guru harus bisa memberi rasa aman, sehingga peserta didik bebas menuangkan ide-idenya dengan begitu ketika daring dilakukan siswa merasa nyaman dan tidak mendapatkan bullying dari teman-temannya.
Ketiga, guru harus memetakan mana materi yang bisa didaringkan dan materi yang seharusnya tatap muka. Sehingga ketika materi daring disampaikan murid merasa nyaman karena materi mudah dipahami dan mereka bisa mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan begini pendidikan akan mudah diterima, menyenangkan dan tidak menjadi monster bagi peserta didik.
Blitar, 03 April 2020
No comments:
Post a Comment