pi·lon Jk a tidak tahu apa-apa; tidak tahu-menahu; bodoh: berlagak -- , pura-pura tidak tahu; pura-pura bodoh.
Saat Malam Menjadi Kawan
Bulpoin
biru ini memang suka mencuri waktu istirahat di malam hari. Merayap di tengah
alunan suara jangkrik. Menulis apa keinginan hati si pemilik. Lalu meraba diri tentang
hari ini dan membingkainya dalam etalase yang menarik. Kisah cinta ? Ahh jelas
bukan . Namun, jika makna cinta itu luas, bisa jadi iya, ini perihal cinta. Sudah anggap saja cinta. Bukankah lebih
menarik? Iya, cinta pada esensi yang lebih tulus dan murni. Cinta pada diri
sendiri. Memantaskan untuk menjadi pribadi yang dinanti-nanti, kala dewasa
menghampiri esok hari.
Jemari
ini tak hentinya mencorat-coret apapun yang ada dalam benak. Sembari menulis
cerminan hari ini, tak lupa juga menulis future life goals, mendata
barang-barang impian yang ingin dibeli, merancang target mingguan, pula mencurahkan kisah
cinta yang pasti akan selalu kututup rapat-rapat dari kepoan orang lain. Semua tertulis begitu
natural tanpa pikir panjang, seakan sudah menjadi hal-hal yang tiap hari
mengisi pikiran. Ya tapi impian-impian yang tertulis, tak bisa “simsalabim”
langsung hadir di depan saya. Tentu butuh asah dan asuh.
Tak
lama kemudian, si jam dinding yang bertengger di ruang tamu begitu cerewet.
Suka berdenting setiap pergantian jam, dan harus berdenting sejumlah jam yang
disebutkan. Betapa risihnya ketika harus mendengar bunyi dentingan dua belas
kali di malam hari terlebih sedang dalam suasana melankolis. Ambyar . Imajinasi
yang sedang dibangun ambyar sudah . Yang tersisa malah atmosfir mistis karena
suara jam tengah malam, terlebih jika mengingat kejadian aneh di halaman
samping kamar 10 tahun silam.
“Duh. Itu jam ga
bisa diem”, sembari melirik ke arah jendela yang sebenarnya tertutup
rapat.
Entah
pada siapa aku mengomel. Yang jelas suara jam sangat mengganggu dan sedikit
membuat kesal. Sudahlah . Memang sudah saatnya harus memaksakan tidur dan menghentikan
kegiatan corat-coret yang hampir menjumpai dini hari.
Saat
buku bersampul merah sudah tertutup sempurna dan diletakkan di atas meja, tiba-tiba
mata ini melirik buku hijau yang duduk manis di sela-sela buku lain dalam rak
buku kecil. Tenang ! Bukan buku primbon atau sejenisnya. Melainkan ….
1 comment:
Next. Penasaran kelanjutannya
Post a Comment