Menulis, Terapi Jiwa Paling Mudah
Kemalasanku berbuah pada kelemahanku. Itu salah satu alasanku kenapa aku tidak segera berpraktik dan menjadikan menulis sebagai proses hidupku. Sebenarnya ada banyak kata yang bergelayutan di kepala. Tetapi, tak juga segera aku salurkan. Yang ada semakin banyak kata dan pemikiran yang tidak tertuliskan sejatinya malah membuat kadar memori otak semakin berkurang. Tidak terlalu penting dan penting jadi sulit terabaikan. Banyak kelupaan dan kepikunan yang justru sering menghinggapi. Maka, benar adanya ketika beberapa psikolog dan ilmuwan yang concern dengan penelitian. Menulis mampu mengatur tingkat kestresan.
Menulis sebagai terapi jiwa. Memang benar banyak yang berasumsi bahwa kegiatan menulis merupakan salah satu kegiatan yang dapat meredam segala masalah dan beban yang menimpa seorang diri. Termasuk aku. Aku sebenarnya orang yang dengan adanya tulisan setiap masalah dapat dilihat sedemikian banyak dan beratnya melalui menulis. Tak perlu menulis dengan rangkaian paragraf panjang atau berbentuk teks dan wacana. Bisa berbentuk skema atau mind mapping, kalimat-kalimat pendek, subtopik-subtopik yang mewakili pokok masalah kita. Aku tidak jarang cukup terbantu dengan adanya proses terapi jiwa seperti ini.
Coba yang saat ini sedang bosan dengan kegiatan dan tingkat kestresan selama di rumah saja bisa disalurkan dengan menulis. Kalau kurang percaya bahwa terapi menulis dapat membantu mengatasi stres bisa searching dan Googling. Terapi menulis sebagai terapi jiwa yang telah diteliti banyak psikolog dan peneliti lainnya. Riset membuktikan adanya beberapa orang sebagai sampel selama menuliskan problema hidup yang traumatik dalam waktu enam bulan lebih berkurang untuk menemui klinik kesehatan.
Jadi, menulis merupakan terapi yang mudah dan sehat bukan? sekaranglah saya memulai manajemen emosi dengan menulis. Meski dari hal yang sederhana.
No comments:
Post a Comment