Oleh : Anto Pujapeta
Tepat setelah matahari setinggi mata tombak, hari itu hari sabtu, hari yang tak begitu sibuk dalam hidup keseharian. Aku yang terbiasa di rumah saja sejak pandemi ini melanda, untuk pertama kalinya memberanikan diri pergi lebih jauh lagi dari rumah, ke Sawentar, Blitar.
Berbekal paket data yang mulai menipis jumlahnya serta nyali aku pergi mengendari motor sendirian, jujur saja aku belum tahu lokasinya, barangkali di jalan habis kuota, habis sudah riwayatku, mungkin aku akan kembali pulang ; pikirku saat itu.
1 jam perjalanan berlalu, ya, aku memang tidak menggeber motor tuaku dengan kencang, aku lebih suka menaiki motor dengan pelan sambil mata melirik kekanan-kiri, wajar saja mata ini sudah lama tidak di cuci.
Sampailah aku di pintu gerbang tujuanku setelah beberapa kali bertanya di ibu-ibu yang sedang asik njagong di pinggir jalan. Senyum ramah sambutan dari panitia serta suasana damai dari kampung 1001 Blitar yang sampai sekarang masih jelas teringat ketika aku menuliskan ini. Menjadi 3 orang tercepat yamg datang, ternyata tidak buruk untuk tidak terlalu terburu-buru di jalan, toh baru hitungan jari peserta maupun panitia yang sudah datang.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya acara dimulai, di awali dengan orolan singkat dan penjelasan rundown acara. Masing-masing dari peserta mendapat tugas untuk menampilkan karyanya dimalam pentas, tentu saja aku bingung, niat awal aku gabung sekedar untuk mencuri ilmu dari para suhu di dunia kepenulisan ini, aaahhh apalah daya, aku ikuti saja, pikirku.
Namun sesuatu yang mengejutkan, ternyata aku mendapat apresiasi di malam itu, pikirku makin senang aku rasa aku akan betah jika menjadi keluarga disini.
Satu yang unik yang belum aku ceritakan, mengenai deretan pohon jambu air yang berjejer rapi, mengenai rumah-rumah kurcaci dan mengani gubuk-gubuk yang menyerupai tenda ; entahlah apa namanya.
Ada sebuah perasaan disini, perasaan senang, perasaan menemukan kembali bagian diri yang hilang. Ada tawa yang terlempar di setiap kali obrolan hingga lewat tengah malam, ada pengetahuan baru yang di dapat, ada hal yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, betapa luar biasanya segala obrolan dimalam itu, kita berdiskusi segala hal, dan aku tak hentinya berdecak kagum dengan ilmu-ilmu baru yang oleh teman-teman dalam acara ini dengan sukarela dibiarkan aku untuk mencurinya.
Keesokan harinya, Minggu, 13 september 2020
Udara yang segar kala itu yang membangunkanku. Tidak lupa lapor diri terhadap sang Hyang Esa, sekadar memenuhi kewajiban. Pagi itu masih terlalu buta, bahkan aku dapati matahari belum berangkat kerja ; menerangi hari. Iseng-iseng aku menaiki salah satu menara di samping rumah kurcaci, tidak tinggi, ya tapi cukup lebih tinggi dari pohon-pohon jambu itu. Horizon masih nampak gelap karena matahari belum juga muncul, hanya semburat kemerahan yang ada.
Kemudian, menilik acara di rundown, acara selajutnya adalah senam. Terus terang tubuhku kaku dan kikuk dengan nada lagu yang terkesan cepat dan penuh semangat, maklum saja tubuhku terbiasa mengikuti alunan dangdut dan mendayu. Tapi jujur saja, ini menyenangkan.
Ya, mungkin sesingkat ini yang dapat aku tulis, karena terus terang aku bingung harus memulai serta mengakhiri dari mana. Acara yang luar biasa, open recrutmen FLP Blitar. Satu lagi terlewat, maaf, tapi sempat aku rasakan dingin malam itu, cerobohnya aku tidak membawa selimut hari itu. Tapi terimakasih, atas segala tawa di bawah pohon jambu ini.
15/09/2020
No comments:
Post a Comment