Tahun depan, 2021, adalah agenda Musyawarah Cabang FLP Blitar. Selain agenda Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), juga ada agenda sakral pemilihan ketua FLP Blitar periode 2021-2023.
Dalam AD/ART, Ketua cabang mejabat selama dua tahun. Namun, tidak ada batasan sampai berapa periode. Saat Rafif Amir datang ke Blitar, kala itu ketua FLP Jatim, ia bercerita bahwa di beberapa cabang seorang ketua bisa mejabat sampai beberapa masa periode, bahkan tanpa adanya Musycab dua tahunan.
Di FLP Blitar sendiri, pergantian antara ketua pertama ke ketua selanjutnya, juga tidak berlangsung dalam dua tahun. Setidaknya, dari 2008 ke 2015 (8 tahun), baru ada dua ketua, yaitu Mbak Gesang Sari Mawarni dan Lilik Nuktihana.
2015-2017 kemudian posisi ketua digantikan Ahmad Saifudin, yang sekarang berkarir sebagai akademisi. Berikutnya, 2017-2019 terpilihlah Rosy Nursita Anggraini sebagai ketua, berlanjut ke Hendra Burhanudin untuk periode 2019-2021.
Dalam 6 tahun terakhir, masalah keorganisasian terbilang lebih tertib, termasuk Musycab dua tahunan.
Musycab 2017 digelar di kampus Unisba. Musycab 2019 digelar di De Kolonial Cafe and Resto.
Regenerasi
Meski baru akan dihelat tahun depan, sejak sekarang tentu penting memikirkan siapa kira-kira, rising star, yang muncul dan akan menjadi nahkoda FLP Blitar berikutnya.
Hendra Burhanudin mungkin masih bisa dua periode, namun karena posisinya saat ini sebagai wakil ketua GPMB Kabupaten Blitar, maka perlu ada pembagian peran agar berjalan signifikan. Artinya, sekalipun di GPMB, dibelakangnya, background activist, tetap ada FLP Blitar.
Generasi 2015 ke belakang rasanya juga tidak mungkin lagi dicalonkan, sekalipun dari segi usia juga tak terlalu beda. Namun demi menghargai proses kaderisasi, maka idealnya ketua berikutnya adalah generasi 2018 ke bawah.
Menulis dan organisasi
Dilematisnya, sebagai sebuah komunitas kepenulisan, ada yang berpikir bahwa yang penting adalah nulis, punya karya, punya buku. Soal organisasi tak terlalu penting.
Pemikiran ini pula yang sempat saya diskusikan dengan pembina saat masih menjadi ketua FLP Ranting UIN Malang. Menurut salah satu pembina, Ust. Erryk Koesbandono, ketua itu justru tak harus pintar menulis, namun yang bisa memimpin dan mengelola organisasi.
Meski saya kurang sepakat. Ya, idealnya punya kemampuan keduanya. Karena ketua yang bisa menulis itu akan menjadi teladan. Namun kan tidak mudah juga menemukan sosok yang demikian?
Kemampuan mengorganisasi itu penting, karena dengan itu literasi bisa lebih kuat sebagai gerakan. Kita bisa bertemu sosok A, B, C karena terwadahi oleh organisasi tersebut.
Bayangkan, andai FLP Blitar tidak eksis secara organisasi, mana mungkin sekarang kita bisa berjumpa dan saling mengenal?
Organisasi sebagai sebuah wadah, ruang bertemu dan berbagi. Bahkan jika perlu, tanpa biaya mahal. Itulah yang membedakan kita sebagai organ/gerakan literasi, dengan lembaga kursus profit.
FLP Blitar dan jaringannya
Siapapun yang nanti menjadi ketua periode 2021-2023, sebenarnya sudah lebih enak. Dibandingkan era "babat alas" pertama, atau masa mengumpulkan kembali puing-puing yang terserak pada 2015 silam.
Secara keorganisasian kini sudah lebih mapan. Memang belum punya sekretariat, namun sebagai organisasi semi komunitas, sekretariat itu tak terlalu dibutuhkan.
Alamat surat menyurat sementara meminjam rumah Mbak Imroatus Saadah. Namun berkumpul bisa dimanapun, termasuk di Perpustakaan Bung Karno yang sudah serasa basecamp tersendiri.
Dari segi jumlah anggota pun juga lebih banyak, 34 anggota resmi dan puluhan anggota pendukung di masing-masing kelas. Bayangkan era Pak Saif yang hanya 5 orang pertama.
Dari segi program pun juga mulai tertata. Sistem kelas-kelas, atau program rutin, yang trial erornya terjadi di eranya Rosy Nursita, mulai dari kelas menulis, GTS, dll. Terus disempurnakan di periode ini, dan tentu periode besok bisa tinggal memetik hasil.
Itu belum termasuk jaringan lembaga. Kita sudah dikenal, setidaknya di 3 instansi Perpustakaan. Yaitu Perpustakaan Bung Karno, Perpusda kota dan kabupaten Blitar. Menggarap program literasi di KPU Kota Blitar, serta dikenal di beberapa sekolah. Termasuk sekarang program siaran bersama Radio AsaFm.
Apalagi, kini ada banyak mentor yang siap mendukung kegiatan kepenulisan di dalamnya. Mentor-mentor tersebut adalah sosok berpengalaman dalam bidang kepenulisan bahkan sangat produktif.
Maka siapapun ketua FLP Blitar berikutnya, tak perlu khawatir dan ragu-ragu. Karena ada support system yang kuat.
Namun jangan juga terlena, karena menjadi ketua FLP Blitar itu berbeda dengan menjadi ketua organisasi pada umumnya. Selain dituntut memiliki kemampuan leadership dan keorganisasian, soal kemampuan menulis juga akan dipertimbangkan.
Karenanya, untuk "membaca" siapakah kira-kira calon ketua FLP Blitar berikutnya? Mungkin sebagian pengurus akan melihat siapa yang kemampuan menulisnya paling berkembang?
Setelah itu, baru rekam jejak secara keorganisasian. Misal, kinerja selama mengelola divisi, kepanitiaan, atau keterlibatan dan pengalaman keorganisasian yang lain.
Lantas, siapa ya jagoan kuat ketua FLP Blitar periode berikutnya?
Blitar, 3 Desember 2020
Ahmad Fahrizal Aziz
No comments:
Post a Comment