Ide tulisan ini muncul saat anak lelaki saya, Haidir mulai ngamuk tidak mau mandi dan mengacak-ngacak pakaian yang akan saya setrika.
Siapa yang punya anak laki-laki? Saya jamin tentunya setiap hari ada kata "Luar Biasa" "Amazing"" Subhanallah" Dan entah "sumpahserapah" Macam apa, kebawelan macam apa yang diteriakkan para bunda pada anak lelakinya.
Saya ingin berbagi cerita. Karena saya seorang ibu dengan dua anak. Anak pertama saya perempuan, dan anak kedua saya lelaki. Dalam hal pengasuhan saya merasakan hal yang berbeda antara anak perempuan dan laki-laki. Anak perempuan saya, Alesha dewasa lebih cepat dari adiknya. Dia mulai mengerti jika bunda nya sedang sibuk dia mengajak adiknya bermain. Seringkali ketika saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dia datang dengan membawakan segelas air putih. Pun setelah saya memarahinya karena suatu kesalahan, dia selalu kembali memeluk saya. Dengan kata-kata, "Sayang Bunda... "
Berbeda dengan kakaknya, anak lelaki saya sungguh mempunyai karakter yang sangat kuat. Dia bisa membuat orang sekeliling nya termasuk saya, mengalah padanya. Jika kemauannya tidak dituruti dia akan mengamuk dan tantrum. Dia sering menyuruh saya seperti seorang komandan mengomando anak buahnya. "Bunda duduk! " Bunda berdiri! "
Dia juga sangat berani. Tidak pernah takut dengan bergaul dengan anak yang lebih dewasa usianya. Jika ada yang memukulnya, dia balas memukul. Tak jarang saya berteriak memisahkan dia dengan teman bermainnya karena bertengkar. Saya pun tak jarang menjadi sasaran pukulannya jika mood nya sedang buruk, rewel, atau mengantuk.
Saya sangat menyadari karakter anak laki laki saya sangat dominan. Dia bisa membuat orang sekelilingnya tunduk. Namun, apakah saya melihatnya sebagai suatu yang buruk? Tentu saja tidak.
Naluri keibuan saya merasakan. Haidir adalah tipe tipe koleris, seorang pemimpin, pengatur.
Meskipun sering kelabakan karena dia tantrum. Entah mengapa, saya malah semakin mangagumi maskulinitas nya. Hmm anakku "laki bangeet.. "
Saya jadi tidak sabar. Menunggu saat dia dewasa. Bagaimanakah dia saat dewasa nanti. Jika suatu saat dia pulang sekolah dalam keadaan lebam karena tawuran atau bertengkar dengan teman sekelasnya. Saya hanya menyambutnya dengan senyum simpul.
Seperti sore ini, dia mengacak ngacak semua pakaian karena kemauannya tidak saya turuti. Saya hanya tersenyum saja. Tidak lama, sedetik kemudian dia kembali bergelayut di pangkuan saya. "Bunda aku mau mandi. "
Mendidik anak lelaki tidak sama dengan anak perempuan. Saya sengaja membiarkannya menangis, terluka, jika jatuh pun saya hanya memantaunya dari jauh sambil berkata, "Ayo bangun. " Saya membiarkannya menjadi kuat. Jika dia memukul tidak pernah saya balas. Pun jika dia memukul kakaknya, tidak pernah saya marahi. Hanya saya nasehati perlahan kalau perbuatan itu tidak baik. Sayangi kakakmu.
Karena saya punya prinsip. Biarlah lelaki itu menjadi lelaki seutuhnya. Sesuai kodrat dan nalurinya. Lelaki lebih dominan maskulinitasnya. Menjadi seorang petarung, pemenang, dan punya sifat kepemimpinan.
Saya jadi tidak sabar menunggu dia dewasa,
Dan menemukan seseorang sebagai pengganti saya untuk merawat dan mencintainya.
Bunda Haidir
Blitar, 23 februari 2021
No comments:
Post a Comment