Memahami Cerpen "Rindu Banjir"
Oleh Jalil Efendi
Jarum jam
menunjukkan 08.30, saatnya berangkat. Aku nyalakan motor dan pamit ibu mau ke
kota patria, Blitar. Sekitar pukul 09.30 aku sampai di tempat berkumpul yang
sudah ditentukan, yaitu di Kedai.inc, dekat kampusku dulu.
Aku lihat masih ada
3 motor disitu. Aku cek WA ternyata mas Abi, moderator saat itu bilang bahwa
sudah ditunggu di lantai dua. Kalau pun panas nanti pindah ke bawah. Celetuk
mas Abi.
Aku pun bergegas
masuk dan ternyata memang panas. Akhirnya saya tunggu di bawah. Selang beberapa
lama, mas Saif, pemateri saat itu datang.
Sambil menunggu
yang lain datang, aku bertanya-tanya ke mas Saif karena anggota baru. Ternyata
beliau seorang dosen di salah satu universitas swasta di Blitar. Keren banget.
Dan beliau juga sudah punya novel sendiri yang berjudul Negeri Pasir. Keren.
Selang 30 menitan,
mba Ika datang. Kemudian mas Abi memulai acara sambil menunggu yang lainnya.
Setelah dibuka, dan sebelum ke acara inti, ada kultum yang disampaikan oleh
mbak Ika. Kultum berisi tentang bagaimana kita harus bersyukur dengan apa yang
diberikan oleh Allah, baik ketika kita diberi kesusahan maupun kesenangan.
Karena tanpa bersyukur membuat kita menjadi kufur atas apa yang diberikan
Allah. Naudzubillah.
Setelah kultum, mas
Abi mempersilahkan mas Saif untuk memulai diskusi. Mas Saif membagikan salinan
sebuah cerpen karya dari Joni Lis Efendi yang berjudul Rindu Banjir. Mas Saif
mengajak kita memahami cerpen tersebut dan bagaimana karakteristiknya. Dimulai
dari mas Saif membaca judul cerpen tersebut. Singkat tapi membuat penasaran
orang terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya. Trik yang ciamik.
Diawal paragraf
kita sudah disuguhi dengan majas-majas yang membuat pembaca tertarik dengan
cerita tersebut. Mas Saif juga menjelaskan tata cara penulisan yang baku dalam
cerpen. Cerpen ini sangat menarik dan bagus karena kata-katanya singkat tapi
makna yang disampaikan penulis tersampaikan. Cerpen yang garis besarnya
menceritakan tentang banjir di suatu wilayah Sumatera dan seorang gadis bernama
Salmah yang dilarang bermain hujan-hujanan oleh emaknya karena sudah beranjak
gadis.
Ditengah diskusi,
mbak Imro' datang. Mas Saif pun melanjutkan membaca cerpen tersebut sampai
selesai. Kemudian mas Saif meneruskan diskusi tentang bagaimana negara Inggris
dan Spanyol mendongeng terhadap anak-anak disana dan dampaknya kedepannya.
Dibandingkan dengan dongeng Indonesia. Ketika asyik berdiskusi, mas Rahmad pun
datang. Diskusi pun berlanjut. Tanpa disadari jarum jam menunjukkan pukul
11.45. Mas Saif pun pamit karena ada acara lain.
Setelah itu, kita ngobrol ngalor-ngidul dan aku pun pamit untuk pulang.
1 comment:
Menarik sekali acaranya kemarin.
Mohon izin memberi sedikit koreksi, masih terdapar cukup banyak kata atau kalimat yg penulisannya tidak sesuai PUEBI. Barangkali bisa menjadi masukan positif bagi penulis ybs.
Overall, keren!
Post a Comment