Ied
Karya: Jalil Afandi
Pagi itu semua nampak beda. Ayah tak lagi menyeruput kopi buatan Ibu, Ibu juga tidak memasak masakan kesukaan keluargaku. Semua berbeda hari ini.
Aku dan keluargaku bergegas ke masjid kampung. Jam sudah menunjukkan angka 6 pagi. Khotib pun sudah mengumandangkan takbir tanda sholat ied akan dimulai. Aku dan ayahku berdampingan membentuk shaf. Sedangkan ibu berada di shaf perempuan.
Aku dan keluargaku dengan khusyu melaksanakan sholat idul adha. Meskipun harus melewati protokol kesehatan yang rumit, alhamdulillah ibadah tahunan tersebut bisa aku dan keluargaku laksanakan.
Setelah mendengarkan ceramah sang khatib, ayahku mengajak langsung pulang ke rumah. Berganti baju dan membawa pisau. Ayah mengajakku bergegas ke masjid tempat aku tadi sholat ied untuk bersama-sama menyembelih satu ekor sapi dan dua ekor kambing.
Sebenarnya aku malas kalau berurusan dengan hal-hal demikian, tapi ayahku berkata bahwa kita harus belajar menjadi masyarakat.
Proses menyembelih pun berlangsung, aku mendapat tugas untuk memotong daging yang masih banyak darahnya. Aku pun merasa jijik, tapi harus kutahan. Aku tidak mau terlihat tidak gentleman dihadapan orang banyak. Selesai memotong daging tersebut, aku pun memasukkannya ke kantong-kantong kresek sesuai arahan pak ketua.
Kemudian, aku pun mendapatkan tugas untuk membagikan daging tersebut ke rumah-rumah warga, termasuk yang kurang mampu. Dengan semangat, ku kayuh sepeda milih Badrun. Dengan kecepatan tinggi, ku kayuh sepeda tersebut. Sampai aku tidak sadar bahwa ada persimpangan jalan yang ramai kendaraan. Tanpa melihat kanan kiri, aku pun mengayuh sepeda tersebut dan gubrak, aku tertabrak motor vespa.
Setelah aku tersadar, kakiku sudah terlilit perban dan ada kayu pipih di kanan kiri menghimpit kaki kananku. Tulangmu ada yang patah, kata ibuku. Kamu harus istirahat total dirumah, timpal ayahku.
Aku pun tanpa sadar mengeluarkan air mata. Proyekku di tempat kerja banyak dan sekarang aku tidak bisa kemana-mana. Aku pun hanya bisa berdoa semoga Allah segera mengangkat penyakitku ini.
No comments:
Post a Comment