Pandailah Bersyukur
Oleh: Ningtyas
Awan menggelayut, langit mendung, awan gelap, udara dingin menusuk tulang, tiga hari ini sinar matahari sembunyi.
"Dik minta doa ya, aku dan masmu positif, 3 anak2ku semua isoman" terdengar suara gemetar kakak perempuan ku di ujung handphone.
Setelah itu sudah tidak bisa kuhubungi. Begitu juga saudara yang lain tidak bisa menghubungi.
Dua hari berselang aku telepon, nyambung Alhamdulillah, pikirku. Hanya ada jawaban; " aku agak sesak Dik, masmu di lantai 5, aku di lantai 3 RSUD Kramatjati".
Doa terus mengalir dan sudah mulai lega karena keponakan mengabarkan Bapak ibunya sudah membaik sekalian mohon doa seluruh saudara untuk kesehatan semuanya.
"Tentu doa selalu untuk mu dan keluarga di Jakarta" jawabku.
Jaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan dan selalu memohon kepada Allah SWT ya Le... 👍
Malam ini pikiranku kusut. Selain banyak tugas entah karena apa, selimut dan guling tidak menarik buatku. Kabar baik sudah aku terima. Tepat tengah malam, foto dikirim kan.
"Bapak sudah bahagia Bulek, sudah tidak merasakan sakit lagi, minta doanya dilancarkan!" Keponakan laki2ku mengucapkan terbata-bata disertai isakan. Lulus sudah Masku yang selalu menyemangatiku dengan bahasa khasnya sudah tiada, ujian belum berakhir mbak tidak menerima kabar itu sampai malam 7 harinya doa disertai untuk dia supaya terbebas dari paparan Covid.
Bagiku hanya bisa berpesan saja untuk keponakan ku supaya selalu bersyukur meskipun dengan bantuan oksigen dapat perawatan di rumah sakit yang sama dengan Bapak ibumu itu sudah rejeki yang tiada terkira. Di luar sana jutaan yang dipanggil Allah SWT ketika isoman 🤝
No comments:
Post a Comment