Kemarin malam 20 Maret
2022 saya berkesempatan hadir di acara “Galegar Sasmita” di Amphitheater
Perpustakan Proklamator Bung Karno untuk memperingati Hari Perempuan Internasional
dengan tema acara “Kembalikan Wanitaku” saya ingin berbagi sudut pandang sebagai
penonton pada Teater yang disuguhkan.
Cerita dimulai dengan keresahan bapak dari kedua anak gadis yaitu Arum dan Ningsih, karena keuangan keluarganya semakin menipis dan merasa tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya, bapak Arum dan Ningsih berpikiran bahwa anak-anak gadisnya juga harus ikut bekerja, singkat cerita bapak dan ibu Arum hendak memperkerjakan kedua anaknya di juragan Burhan, orang yang paling kaya di desa, dia terkenal dengan ke-angkuhannya. Mereka berdua pun bekerja dan diperlakukan se-enaknya dengan juragan tersebut, hingga gejolak kemarahan Arum pun memuncak yang tak hanya ditindas, namun mendengar bahwa juragan bengis ini akan menguasai desa dan menindas kaum yang rendah.
Di adegan lain bapak
Arum dan Ningis hendak menjodohkan Arum dengan juragan Burhan, dan tentu juragan
yang bengis itu setuju dan senang dengan keputusan tersebut. Dari adegan ini
saya bisa merasakan realita yang menyedihkan ditengah masyarakat, orang tua
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan memutuskan untuk menjodohkan
anaknya pada orang kaya dengan harapan agar hidupnya juga akan enak setelahnya,
sering terjadi dan lagi-lagi perempuan menjadi korbannya, padahal untuk
langsung menjadi kaya tidak semudah itu.
Kekerasan dalam rumah
tangga, penindasan, bahkan pembunuhan, bisa saja terjadi terlebih dahulu
sebelum ber-mimpi bergelimang harta secara instan. Karena banyak kasus yang
terjadi dimasyarakat laki-laki yang memiliki kekuasaan, dimana sedari awal
telah menunjukan sikap kasar, merendahkan perempuan, merendahkan siapapun, bisa
saja melakukan hal-hal kriminal seperti yang disebutkan diatas.
Namun di adegan ini
Arum membantah permintaan bapaknya, Arum pun diusir dan dianggap tidak berbakti kepada orang tua karena tidak menurut, dia menganggap Arum
sudah mati dan bukan bagian dari keluarganya.
Hari terus berlalu, Arum tersesat dan keleparan, dia juga merasa telah menjadi anak durhaka karena tidak menuruti apa kata orang tua, batinnya bingung, dia juga manusia yang ingin merdeka bisa belajar dan memiliki karir yang bagus. Di sini gejolak batin Arum diperlihatkan ingin berkarir namun selalu ada stigma dimasyarakat “Perempuan kodratnya dirumah mengurus suami, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh nanti juga berakhir didapur” dan banyak alasan lain yang dibuat agar perempuan tidak bisa bebas berkarir.
Kemudian ada juga realita
lainnya, kebanyak orang tua yang tidak mampu memenuhi ekspektasi nya sendiri
menggunakan dalih “Berbakti” agar anak bisa menuruti kemauan nya padahal itu merupakan
ke-egoisan nya karena tidak dapat memenuhi ekspektasi nya sendiri atau ekspektasi
dari masyarakat sekitar.
Selain itu cara didik yang
diajarkan oleh orang tua dimana harus menurut dan berbakti tentu akan terus
berkelanjutan kepada suami, meskipun si perempuan mengalami kekerasan dia akan
tetap menurut, karena tidak memiliki kepahaman ilmu dan keberanian bahwa
perempuan juga memiliki hak atas dirinya sendiri bahkan setelah berkeluarga
sekalipun.
Namun ini lah realita
hidup, orang tua juga manusia yang belum tentu benar, anak dilahirkan bukan
untuk investasi jangka panjang agar tetap
bertahan hidup, anak adalah titipan dari Tuhan untuk orang tua, mereka lahir
bersama hak-haknya untuk bisa hidup dengan baik dan layak.
Adegan berikutnya Arum
dipertemukan dengan seorang laki-laki desa tempatnya tersesat, disana Arum diberikan tempat tinggal kosong yang
sudah tidak terpakai. Laki-laki baik ini bernama Bagus, dia merupakan guru di desanya, dia membuat sebuah sekolah untuk anak-anak agar memiliki wawasan yang luas dan tumbuh
menjadi orang-orang yang berguna untuk masyarakat lain.
Singkat cerita Arum
penasaran dengan apa yang dilakukan Bagus ini, setelah melihat secara langsung
bahwa Bagus merupakan guru mengajar Arum merasa kagum dengannya, dia pun
menceritakan masa lalunya dan kenapa bisa sampai tersesat di desa ini.
Arum bercerita bahwa
dirinya merupakan anak durhaka dan hina, karena tidak berbakti kepada orang tua,
dan disini Bagus mengatakan bahwa seorang anak perempuan juga memiliki hak yang
sama dengan anak laki-laki yang bisa belajar dan meniti karir setinggi mungkin
namun bukan berarti kita menjadi tinggi hati dan tidak memaafkan orang tua kita. Ekspektasi orang tua yang salah serta ekspektasi masyrakat atas
ketidak tahuan membuat mereka hilang arah. Di adegan ini saya sering sekali mengetahui banyak orang
yang memiliki pengetahuan yang luas namun tidak memiliki attitude yang baik,
dalam teater ini saya dapat belajar bahwa setinggi apapun ilmu perlu juga
dibarengi dengan attitude yang baik dari hasil apa yang kita pelajari.
Cerita berlanjut dengan adegan perjalanan
pulang Arum dan Bagus menuju rumah Arum namun ditengah perjalanan bertemu
dengan juragan Burhan, ada sedikit perkelahian disana yang dimenangkan oleh Bagus, kemudian mereka melanjutkan
perjalanan. Dalam adegan ini langsung dibuat cepat ya, Arum meminta maaf karena
belum menjadi anak yang berbakti tapi dia juga berusaha membuktikan kalau anak
perempuan juga bisa mengangkat derajat orang tua dengan meniti ilmu hingga
mendapat karir yang bagus, kemudian bapak Arum dibuat sadar akan ke-egoisanya dan juga meminta maaf kepada istri dan
anak-anaknya dan cerita berakhir.
Teater “Kembalikan
Wanitaku” ini merupakan realitas kehidupan perempuan-perempuan ditengah
masyarakat yang tidak dapat menggunakan haknya menjadi perempuan bahkan manusia yang merdeka dan masih banyak pula perempuan yang mengalami penindasan yang lebih
kejam dari cerita ini. Tapi cerita yang sederhana dan mendalam ini saya mendapat pesan moral
yang sangat bagus bahwa "cantik tercipta ketika kamu bisa menjadi pribadi
berwawasan luas dan menjadi manusia
dengan attitude atau tindakan yang nyata".
Saya harap acara
seperti ini sering terselenggara di Blitar selain belajar menghadapi realita kehidupan anak-anak muda juga bisa mengasah keahliannya
di seni Teater.
No comments:
Post a Comment