Kutarik sebuah kursi plastik dari tumpukannya yang tinggi. Membawanya ke depan meja cor berselimut keramik. Mendudukkan diri, menyandarkan punggung, kutelangkupkan kedua tangan di belakang kepala sembari mengangkatnya menatap langit-langit berplafon yang nyaris tanpa noda.
Ada suara-suara bising yang terus saja menggema dalam pikiran. Padahal aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengusirnya.
Tidak
ada yang hinggap diingatanku kecuali hanya momen persiapan beberapa
hari sebelum acara digelar. Tentang banner yang tidak jadi dipasang.
Tentang konsumsi yang belum beres. Tentang suara-suara sumbang yang
terlontar. Tentang uneg-uneg semua orang. Dan tentang keresahan mengenai
mata yang sembab, pikiran yang sumpek, serta kaki yang lunglai.
Tapi
aku ikut senang bahwa acara tetap berjalan dengan semestinya. Seluruh
peserta antusias dengan ilmu yang pemateri tebarkan. Juga raut
kebahagiaan dari kawan panitia karena acara sukses digelar meski harus
susah payah tambal sulam di banyak sisi.
Tidak ada gelaran
yang seratus persen sempurna. Namun, setidaknya memegang teguh komitmen
yang telah dibangun, bertanggung jawab atas kerja sama adalah keharusan
tanpa tapi. Bagi si-a-pa-pun.
Karena kita bukan EO.
Bukan batu loncatan, bukan tempat singgah untuk kepentingan-kepentingan
satu pihak tertentu yang menguntungkan dirinya sendiri. Bukan dan tidak
akan.
Memang tidak ada yang memaksa untuk tetap tinggal,
tapi bersikap tidak mau tahu lantas pergi begitu saja meninggalkan rumah
yang telah menaunginya dari panas dan hujan. Merupakan tindakan tidak
terpuji.
Yah, dan pada akhirnya keputusan untuk "rehat" telah disetujui bersama.
"Tidak ada praktikum hari ini?" Seberkas suara tiba-tiba menerobos masuk ke dalam telinga.
Aku terkesiap menoleh ke arah suara itu berasal. "Belum ada yang datang," jawabku tanpa merubah posisi.
No comments:
Post a Comment