Oleh Abi Subekti
Tepat pada hari terakhir BTD (Blitar Tempo Doeloe) 2023 digelar, hari Rabu 21 Juni, pukul dua siang sampai menjelang Maghrib, FLP Blitar mengadakan jalan-jalan bareng.
Hal ini karena pertimbangan kesibukan masing-masing. Maka dipilihlah hari tersebut untuk bersama-sama mengunjungi BTD.
Aku datang paling awal. Setelah motor kuparkir di basemen Blitar Town Square—aku sengaja parkir di Blitos lantaran akses yang lebih mudah ketika pulang dan tarif parkirnya lebih murah, langkah kakiku tergerak menyusuri trotoar yang dijejali pedagang jajanan di gerbang selatan alun-alun.
Ada enam anggota yang mengisi daftar kehadiran jalan-jalan bareng di grup WA, tapi nyatanya hanya tiga anggota termasuk aku yang datang.
Yah, tak menjadi masalah. Jalan-jalan bareng tetap sukses terselenggara.
Karena saat itu masih sore, di mana pengunjung BTD belum ramai. Kami lebih leluasa menyusuri lorong stan-stan pameran.
Seperti namanya, Blitar Tempo Doeloe menyajikan banyak stan berhias jadul yang menjajakan jajanan serta pakaian jadul pula.
Ada gulali yang sekarang sudah jarang ditemukan, jajanan tradisional pasar seperti cenil, gatot, nagasari. Hingga kuliner jadul macam sompil dan pecel punten.
Setelah puas berkeliling, aku memutuskan membeli lumpia sayur dengan isian rebung, wortel, kentang, daun bawang, dan jamur yang di mana dalam setiap gigitannya meyebarkan rasa gurih asin memenuhi rongga mulut, juga tekstur lembut dari jamur dibungkus kulit tipis nan renyah. Lantas dicocol ke saus sambal membuat jajanan peranakn ini semakin nikmat.
Dua temanku masing-masing beli cenil, dan aneka keripik sepuluh ribuan dapat tiga.
Kami kemudian menghabiskan sore dengan berbincang santai di areal tengah BTD, di selatan panggung hiburan.
Menatapi lalu lalang pengunjung yang menenteng aneka macam jajanan, serta para pramusaji yang sibuk menyiapkan pesanan pengunjung di dalam stan-stan terbuka.
No comments:
Post a Comment