MTSN 1 Kota Blitar mengadakan festival literasi untuk siswa-siswinya kelas 7 dan 8 sebagai mengisi kegiatan pasca ujian akhir semester menanti jadwal pengambilan raport.
Terdapat empat kelas dalam agenda festival literasi yang terdiri dari kelas cerpen, puisi, esai dan jurnalistik.
Keempat kelas itu diisi oleh kami dari FLP Blitar yang dimintai oleh pihak MTSN 1 Kota Blitar untuk menjadi mentor. Aku sendiri ditugaskan untuk mengisi kelas puisi.
Festival literasi berlangsung selama dua hari yakni Sabtu, 17 Juni 2023 untuk kelas 7, lalu hari Senin, 19 Juni 2023 giliran kelas 8 yang mengikuti materi kelas.
Meski sempat miskomunikasi jam pelaksanaan pada hari pertama sehingga terlambat, namun pembelajaran kelas puisi berlangsung dengan lancar.
Kelas 7 yang mengikuti pembelajaran puisi di hari pertama ada 46 siswa. Walau pengetahuan mereka akan teori puisi masih minim, namun semangat belajarnya cukup antusias.
Mayoritas kelas 7 mengikuti pembelajaran puisi dengan malu-malu pada awalnya. Hanya dimintai untuk maju kedepan menentukan tema dan kata yang ingin dimasukkan ke puisi, sedikit yang mau.
Tiga siswi pemberani akhirnya pun maju ke depan dan kumintai tema beserta kata-kata yang wajib ada pada puisi sebagai tugas mereka untuk dibukukan.
Setelah bimbingan praktek dengan keheningan, aku memutari mereka dari depan ke belakang menawarkan bantuan jika dibutuhkan.
Satu siswa ada yang berani bertanya mengenai kesulitannya dalam membuat puisi. Tak lama kemudian hampir semua mengerumuniku.
Mereka hebat menurutku, dalam waktu setengah jam untuk membuat puisi dan pengetahuan yang masih minim namun hampir semua selesai tepat waktu, walau banyak revisi yang masih perlu diperbaiki.
Kondisi berbeda ketika pembelajaran puisi di hari kedua bersama murid-murid kelas 8. Jumlahnya dua kali lipat lebih banyak, yaitu mencapai 80 siswa.
Banyak kesulitan memberikan materi kepada siswa kelas 8. Sebab banyak anak-anak laki-laki yang bandel.
Sejak awal mereka tidak mau masuk ke kelas. Akhirnya kukeluarkan sedikit gertakan mereka baru menurut masuk kelas.
Setelah masuk dalam kelas pun memilih duduk di pojok paling belakang. Sementara dua kelas menjadi satu tanpa microfon dan layar proyektor, tentu mereka tak akan menerima materi yang kusampaikan.
Namun itu yang menjadi tujuan mereka, masuk kelas sebagai formalitas dengan kesibukan sendiri, ngobrol, bahkan main game dengan gawainya.
Lelah mendisiplinkan mereka yang bandel, akhirnya aku biarkan dan kembali fokus pada pembelajaran.
Perbedaan kelas 7 dan kelas 8 secara pemahaman kelas 8 memang lebih mengerti. Namun secara antusias masih semangat para siswa kelas 7.
Sungguh pengalaman luar biasa untukku, sebelumnya aku tak pernah memberikan pembelajaran dengan banyak siswa seperti itu.
Kini aku sedikit bisa merasakan betapa beratnya tugas para guru setiap harinya menghadapi segala tingkah para siswa.***
Blitar, 27 Juni 2023
Ikla Harmoa
No comments:
Post a Comment