Pada Rabu siang, 16 Oktober 2024 KPU Kota Blitar mengadakan Sosialisasi Tatap Muka Bersama Komunitas bertajuk "Kesadaran Demokrasi untuk Membangun Bangsa", bertempat di Bale Maha Rindu di Rumah Makan Ayam Bu Mamik.
KPU mengundang sejumlah perwakilan dari beberapa komunitas yang ada di Kota Blitar, termasuk Forum Lingkar Pena (FLP) Blitar. Saya menghadiri undangan mewakili komunitas bersama dua anggota lainnya, Anisa Dewi dan Rahmat.
Sebenarnya undangan ditujukan untuk ketua FLP Blitar bersama empat anggotanya, namun hanya kami bertiga yang dapat menghadirinya.
Selain FLP Blitar, banyak perwakilan dari sederet komunitas lain, seperti dari kelompok para budayawan, kaum disabilitas, hingga komunitas Sahabat Perempuan dan Anak (SAPUAN).
Tertulis di undangan untuk pukul 13.00 WIB, tetapi acara sempat molor hingga baru dimulai sekitar jam setengah tiga (14.30 WIB).
Setelah Ketua KPU bersama para narasumber memasuki ruangan, acara sosialisasi pun dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.
Kemudian disusul Ketua KPU Kota Blitar Rangga Bisma Aditya menyampaikan tujuan diselenggarakannya acara sosialisasi tersebut.
Ketua KPU Kota Blitar menyampaikan acara itu diadakan dengan mengumpulkan para komunitas yang ada di Blitar bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2024.
Beliau juga mengungkapkan selama ini partisipasi dari masyarakat kota Blitar pada pemilihan umum (pemilu) periode ke periode belum mencapai 80%, hanya berkisar di antara 72 hingga 74 persen.
Harapannya dengan diadakannya Sosialisasi Tatap Muka Bersama Komunitas ini, partisipasi masyarakat pada pilkada serentak 2024 mendatang bisa meningkat dan mencapai target 80 persen dari Data Pemilih Tetap (DPT).
Lanjut pada acara berikutnya yaitu penyampaian materi tentang demokrasi, politik, hingga pemilu oleh empat narasumber yang ada.
Empat narasumber itu terdiri dari perwakilan per generasi, mulai generasi Baby Boomers, X, millenial, dan Z atau yang lebih sering disebut Gen Z.
Narasumber pertama sekaligus mewakili generasi Baby Boomers diisi oleh Bapak. Sri Setiaji yang menyampaikan pengertian Demokrasi, Demokratis, dan Demokratisasi.
Ia juga membahas Demokrasi, Demokratis, dan Demokratisasi yang telah dijalankan di Indonesia selama ini.
Kemudian narasumber kedua yaitu Bapak Wishnu Wardhana yang mewakili generasi X, membahas sistem kepartaian di dunia hingga berlangsungnya pemilu dari waktu ke waktu.
Tak jauh beda dengan narasumber kesatu dan kedua, Narasumber dari generasi millenial yang diisi oleh Mas Dendi pun melengkapi informasi mengenai seputar Demokrasi dan pemilu berdasarkan pengalamannya sebagai generasi Y (millenial).
Para peserta pun diingatkan betapa besar pengaruhnya memilih selama proses pencoblosan (demokrasi) kepada kehidupan masyarakat kedepannya.
Para pemilih diharapkan cerdas menentukan pilihan, tidak berdasarkan personal, melainkan perlu dilihat visi dan misi para Paslon.
Terakhir, narasumber perwakilan gen Z diwakili oleh Mbak Laila. Ia mengatakan pentingnya peran generasi Z untuk turut peduli dan berpartisipasi dalam berlangsungnya pemilu.
Sebab 50 persen DPT adalah para generasi Z. Sehingga pengaruhnya akan sangat besar untuk berjalannya kepemerintahan selama lima tahun mendatang.
Sesudah penyampaian materi dari para narasumber, sesi terakhir yaitu diskusi (tanya jawab) dari para peserta yang hadir. Sosialisasi pun selesai sekitar pukul 16.30 WIB.***
No comments:
Post a Comment